Macam-macam Sunnah Nabi Muhammad SAW 

Macam-macam Sunnah Nabi Muhammad SAW 

Sunnah merupakan sumber hukum Islam yang utama setelah Al Quran. Dalam Islam, Sunnah sendiri mengacu terhadap tindakan, sikap, ucapan, serta cara Nabi Muhammad SAW menjalani hidupnya. Artinya, sunnah merupakan garis perjuangan yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW.

 

Macam-macam Sunnah Nabi Muhammad SAW

Di kutip dari Buku Al Quran dan hadis kelas X, terdapat sebuah penjelasan terkait macam macam sunnah Nabi SAW yang diantaranya sebagai berikut.

 

Sunnah Qauliyah

Pengertian sunnah Qauliyah

Sunnah Qauliyah merupakan bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw., yang berisi berbagai tuntunan dan petunjuk syarak, peristiwa-peristiwa atau kisah-kisah, baik yang berkenaan dengan aspek akidah, syariah maupun akhlak.

Dengan kata lain, Sunnah Qauliyah yaitu sunnah Nabi saw yang hanya berupa ucapannya saja baik dalam bentuk pernyataan, anjuran, perintah cegahan maupun larangan.

Yang dimaksud dengan pernyatan Nabi saw. di sini adalah sabda Nabi saw dalam merespon keadaan yang berlaku pada masa lalu, masa kininya dan masa depannya, kadang-kadang dalam bentuk dialog dengan para sahabat atau jawaban yang diajukan oleh sahabat atau bentuk-bentuk ain seperti khutbah.

Dilihat dari tingkatannya sunnah qauliyah menempati urutan pertama yang berarti kualitasnya lebih tinggi dari kualitas sunnah fi’liyah maupun taqririyah.

 

Contoh 

– Terjemahan Hadis tentang doa Nabi Muhammad saw kepada orang yang mendengar, menghafal dan menyampaikan ilmu.

“Dari Zaid bin dabit ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Semoga Allah memperindah orang yang mendengar hadis dariku lalu menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.” (HR. Abu Dawud)

 

Sunnah Fi’liyah

 

Pengertian sunnah Fi’liyah

Sunnah Fi’liyah merupakan segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.

Kualitas sunnah Fi’liyah menduduki tingkat kedua setelah sunnah qauliyah.

Sunnah Fi’liyah juga dapat maknakan sunnah Nabi saw yang berupa perbuatan Nabi yang diberitakan oleh para sahabat mengenai soal-soal ibadah dan lain-lain seperti melaksanakan shalat manasik haji dan lain-lain.

Untuk mengetahui hadis yang termasuk kategori ini, terdapat beberapa hadis mengenai sunah fi’liyah, di antaranya:

 

Contoh

– Terjemahan Hadis tentang tata cara shalat di atas kendaraan

“Dari Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Rasulullah saw. shalat di atas tunggangannya menghadap ke mana arah tunggangannya menghadap. Jika Beliau hendak melaksanakan shalat yang fardhu, maka beliau turun lalu shalat menghadap kiblat. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

 

Sunnah Taqririyah

Pengertian Sunnah Taqririyah

Sunnah Taqririyah merupakan sunnah yang berupa ketetapan Nabi Muhammad saw terhadap apa yang datang atau dilakukan para sahabatnya.

Dengan kata lain, sunnah taqririyah, yaitu sunnah Nabi saw yang berupa penetapan Nabi saw terhadap perbuatan para sahabat yang diketahui Nabi saw.

Nabi saw tidak menegur atau melarangnya, bahkan Nabi saw cenderung mendiamkannya.

Beliau membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan para sahabatnya tanpa memberikan penegasan apakah beliau membenarkan atau menyalahkannya.

 

Contoh

– Terjemahan Hadis tentang Tayamum

“Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, ia berkata: “Pernah ada dua orang bepergian dalam sebuah perjalanan jauh dan waktu shalat telah tiba, sedang mereka tidak membawa air. Kemudian, mereka berdua bertayamum dengan debu yang bersih dan melakukan shalat, keduanya mendapati air (dan waktu shalat masih ada), lalu salah seorang dari keduanya kembali mengulanginya.

Pengertian dan Syarat Jual Beli dalam Islam

Pengertian dan Syarat Jual Beli dalam Islam

Jual beli adalah merupakan interaksi ekonomi yang sudah cukup lama dikenal oleh seluruh manusia di dunia. Ketika manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan akan suatu barang yang tidak dapat dibuat sendiri maka mereka akan melakukan interaksi jual beli. Agar tertata dan tidak menimbulkan konflik, maka terciptalah aturan kegiatan jual beli baik dalam tatanan sosial maupun agama. Salah satu contohnya adalah hukum jual beli dalam Islam.

 

Pengertian dan Syarat Jual Beli dalam Islam

Apa itu Jual Beli dalam Islam?

Dalam Islam, hukum jualbeli dikenal juga sebagai hukum muamalah. Hukum ini diterapkan untuk menjaga hak hak orang muslim dalam melakukan transaksi. Bahkan hingga sampai sekarang ini, setelah melalui berbagai perubahan zaman hkum Islam masih diterapkan.

Jual beli dalam Islam bisa ditafsirkan dalam dua cara, secara bahasa dan menurut istilahnya. Dari segi bahasa, jual beli berasal dari kata al-ba’yu, yang berarti mengambil atau memberikan harta, alias aktivitas tukar menukar (barter).

Secara istilah, al-ba’yu adalah turunan dari kata al-bara yang berarti depa. Istilah ini tercipta karena dulu orang Arab biasa mengulurkan depa saat melakukan jual beli dan diiringi dengan saling menepukan tangan sebagai bukti bahwa akad jual beli sudah disepakati.

Jadi, dapat dikatakan, kegiatan jual beli terbilang sah jika penjual dan pembeli sudah bersepakat. Apabila berpacu terhadap hukum jual beli dalam Islam yang merujuk pada Al-Qur’an, maka bisa disimpulkan bahwa aktivitas perdagangan adalah kegiatan yang halal dilakukan. Hal tersebut dijelaskan di surat Al-Baqarah ayat 275, Allah SWT berfirman:

“…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (bunga).”

Rujukan hukum jual beli kedua adalah Hadits. Rasulullah SAW sendiri merupakan seorang pedagang. Dalam hadist riwayat Muslim, Nabi pernah menyatakan:

“Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam, sama beratnya dan langsung diserahterimakan. Jika berlainan jenis, maka juallah sesuka kalian namun harus langsung diserahterimakan/secara kontan” (HR. Muslim: 2970)

Secara garis besar, jual beli dalam Islam diperbolehkan. Namun harus memenuhi seluruh syarat dan rukunnya.

 

Syarat Jual Beli dalam Islam

Penjual dan pembeli melakukan transaksi dengan sadar dan ridha. Artinya, tak ada paksaan atau ancaman kepada salah satu pihak untuk melakukan transaksi.

Pihak yang bersangkutan, pembeli dan penjual, harus sudah dewasa, cakap, dan dalam kondisi sadar saat melakukan transaksi. Artinya tak ada penipuan, pengelabuan terhadap salah satu pihak karena sedang tidak sadar, atau masih anak-anak.

Adanya akad alias kesepakatan jual beli kedua belah pihak. Artinya, jual beli itu diikrarkan sehingga kedua pihak sama-sama sadar bahwa mereka melakukan jual beli dan saling mengetahui.

Barang yang diperjual belikan adalah dimiliki sepenuhnya oleh penjual. Artinya, barang itu bukan barang curian, pinjaman, atau barang yang hanya dikuasai penjual. Secara lain, penjual adalah memang pihak yang berhak atas barang tersebut.

Objek yang diperjual belikan bukanlah barang yang terlarang atau haram. Maksudnya, objek itu adalah barang bermanfaat, tidak menimbulkan musibah, atau dilarang agama/masyarakat. Sehingga jual beli itu menghasilkan manfaat.

Harga jual beli itu harus jelas. Ini adalah asas transparansi. Selain tanpa paksaan, jual beli dalam Islam harus mengedepankan kejujuran. Sehingga dua pihak yang bertransaksi sama-sama tahu berapa nilai transaksi mereka.

6 Amalan-amalan Baik yang Dilakukan Nabi Ketika Ramadhan

6 Amalan-amalan Baik yang Dilakukan Nabi Ketika Ramadhan

Dalam Islam, nabi merupakan sosok yang sangat diteladani dan bahkan hampir setiap apa yang dkerjakan oleh nabi dianjurkan untuk dilakukan kembali oleh kita sebagai umat Muslim. Ada banyak amalan amalan yang telah dicontohkan oleh nabi setiap kali memasuki bulan ramadhan. 

 

Amalan Bulan Ramadan Terbaik

Bulan  ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah dan setiap amal ibadah dan kebaikan yang dilakukan di bulan ramadhan pahalanya akan dilipatgandakan. Lantas amalan apa saja yang dapat dilakukan di bulan ramadhan.? Berikut beberapa amalan yang dianjurkan oleh Nabi.

 

1. Salat atau Ibadah Malam

Jangan sampai melewatkan rutinitas salat malam ketika bulan Ramadan nanti.

Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan sunnah pada bulan ramadan, Maka (pahalanya) seperti orang yang melakukan amalan fardhu pada bulan lainnya. Dan barangsiapa yang melakukan amalan satu amalan fardu di bulan Ramadan, maka (pahalanya) seperti orang yang melakukan 70 amalan fardhu pada bulan lain.” Ibadah malam ini bisa dengan salat tahajud yang dilakukan sepertiga waktu dini hari.

 

2. Berpuasa Jika Mampu

Pada bulan Ramadan, puasa menjadi ibadah wajib yang harus dilakukan oleh semua kaum muslim yang mampu. Setiap amalan di bulan Ramadan akan dilipatkan mulai dari 10 kali lipat hingga 700 kali lipat kecuali puasa. Sebab, Allah SWT sendiri yang akan membalasnya. Untuk membahas amalan bulan Ramadan ini, Rasulullah SAW bersabda: ”Barang siapa yang berpuasa dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka Allah akan menghapuskan dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim).

 

3. Buka Puasa dengan Makanan Manis

Disunahkan untuk melakukan amalan bulan Ramadan dengan berbuka makan-makanan yang manis, air hangat, dan susu. Ali bin Abi Thalib pun menyukai berbuka puasa dengan minuman susu.

Iman Ja’far ash shidiq berkata bahwa Rasulullah SAW apabila berbuka puasa, biasanya beliau memulai dengan memakan yang manis-manis. Jika tidak ada, maka beliau berbuka puasa dengan memakan gula atau kurma. Bahkan bila semua itu tidak ada, maka beliau berbuka puasa dengan meminum air hangat.

 

4. Segera Salat Magrib Setelah Membatalkan Puasa

Disunnahkan juga mendahulukan salat fardu Magrib sebelum berbuka puasa atau makan besar. Kecuali, apabila ada orang yang menunggu makan bersama. Kesempatan yang besar untuk meraih pintu surga ini mungkin tidak datang dua kali, lho.

Karena tidak ada yang bisa mengetahui apakah masih memiliki umur untuk kembali bertemu dengan Ramadan tahun depan. Bentuk rasa syukur bisa ditunjukan dengan melaksanakan amalan bulan Ramadan terbaik.

 

5. Fokus Beribadah di 10 Hari Terakhir

Pada 10 hari terakhir Ramadan, Allah SWT menjanjikan akan memberikan ampunan kepada umat Islam yang beribadah. Selain menjalankan sunah, amalan bulan Ramadan ini bisa menunjukkan keseriusan dari hari-hari sebelumnya.

Sehingga, bisa memberikan amalan bulan puasa yang terbaik menjelang berakhir. Menjelaskan hal ini, dalam salah satu hadis Rasulullah SAW bersabda: “Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR Muslim).

 

6. I’tikaf atau Berdiam Diri

Amalan bulan Ramadan ini terkait dengan akan jatuhnya malam Lailatul Qadar. Ini akan terjadi pada satu malam di antara 10 hari terakhir Ramadan. I’tikaf atau berdiam diri di masjid dengan tujuan ibadah, tentu saja akan mendapat pahala yang sangat besar.

Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda: “Aku pernah melakukan i’tikaf pada sepuluh hari Ramadan yang pertama. Aku berkeinginan mencari Lailatul Qadar pada malam tersebut.

Kemudian aku beri’tikaf di pertengahan bulan, aku datang dan ada yang mengatakan padaku bahwa Lailatul Qadar itu di sepuluh hari yang terakhir. ‘Siapa saja yang ingin beri’tikaf di antara kalian, maka beri’tikaflah,’. Lalu di antara para sahabat ada yang beri’tikaf bersama beliau.” (HR Bukhari).

Tanda Amal yang Diterima Allah SWT

Tanda Amal yang Diterima Allah SWT

Setiap manusia diciptakan Allah hanya semata mata untuk beribadah kepadanya. Maka dari itu, Allah memerintahkan kita untuk selalu mengamalkan berbagai amal perbuatan yang baik .Allah berfirman dalam Q.S. Ad-Dzaariyat: 56, yang artinya, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

 

Tanda Amal yang Diterima Allah SWT

Lantas bagaimana cara kita untuk mengetahui apakah ibadah kita diterima oleh Allah.> berikut beberapa ciri ciri amal ibadah diterima oleh Allah SWT.

 

1. Ikhlas

Yang pertama ialah ikhlas. Beribadah dengan niat ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dan pujian insyaallah semua amal ibadah kita diterima Allah. Dari ikhlasnya beribadah Allah melihat ketaatan kita sebagai hamba kepada sang maha pencipta. Dan terlihat bahwa kita beribadah hanya untuk mendapatkan keridhoan Allah. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Bayyinah: 5, “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan penuh keikhlasan memurnikan ketaatan kepada-Nya …”

 

2. Terhindar dari sikap fahsya dan munkar

Fahsya perbuatan buruk yang datang dari syahwat kita, contoh: berkata kotor, suka ghibah, pornografi dan lain-lain. Sedangkan munkar merupakan perbuatan buruk yang muncul karena mengingkari hati, contoh: mencuri, menipu, korupsi dan lain-lain. Menghindari kedua sikap ini, menjadi salah satu tanda bahwa amal ibdah kita diterima Allah SWT. Makanya, Allah memerintahkan hambanya untuk selalu sholat dan membaca Al-Quran, karena ibadah itu yang membuat kita terhindar dari sikap tersebut. Seperti sabda Allah dalam Q.S.Al Ankabut ayat 45, “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

 

3. Mengajak pada kebaikan

Manusia bukanlah makhluk yamg sempurna, manusia juga pernah melakukan kesalahan baik itu disengaja ataupun tidak. Saling mengingatkan juga tugas seorang muslim terhadap muslim lain, mengingatkan sama saja dengan kita membantu orang lain untuk kembali kepada kebaikan. Seperti hadits yang diriwayatkan Muslim yang berbunyi, “Barangsiapa yang menunjukan kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” Mendapatkan pahala membuktikan bahwa ibadah kita diterima oleh Allah SWT.

 

4. Tidak terobsesi dengan dunia

Dalam Q.S.Al Qasas ayat 77, “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baik (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”

Maka janganlah kamu terlalu terobsesi dengan kehidupan dunia sampai-sampai melupakan kehidupan akhirat. Ingat kehidupan dunia itu hanyalah sementara, sedangkan akhirat itu kekal.

 

5. Meningkatkan taqwa

Ciri-ciri lainnya ialah seseorang yang senantiasa selalu meningkatkan ketaqwaannya. Seperti memperbanyak ibadah dan sunnah-sunnah lainnya. contuh, sholat tahajud, witir, puasa senin-kamis, dan lain-lain. Semakin meningkatnya ketaqwaan kita kepada Allah, akan semakin besar peluang ibadah kita diterima oleh Allah.

 

6. Munculnya sifat baik dalam diri dan selalu intropeksi diri

Ciri yang terakhir, tumbuhnya sifat baik dan selalu intropeksi dirinya sendiri. Selalu membantu, menolong orang lain, bersedekah, dan lain-lain, menjadi timbulnya hal itu didalam diri kita. Selain itu, juga bisa intropeksi diri dan mau merubah menjadi lebih baik. 

Amalan Wajib dan Sunnah Setelah Bulan Ramadan

Amalan Wajib dan Sunnah Setelah Bulan Ramadan

Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah. Tidak hanya diwajibkan untuk berpuasa, namun selama Ramadhan, umat Muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan saleh. Terlebih lagi, Terlebih, setiap amalan dan perbuatan baik yang dikerjakan di bulan Ramadan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT.

 

Amalan Wajib dan Sunnah Setelah Bulan Ramadan

Meski bulan ramadhan segera berlalu, bukan berarti kita tidak boleh berhenti untuk melakukan kebaikan dan amalan saleh. Justru setelah ramadhan ada banyak amalan sunnah yang dapat dilakukan untuk mendapatkan pahala yang berlimpah. Apa saja amalan amalan tersebut.? berikut beberapa diantaranya.

 

1. Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Anjuran puasa enam hari di bulan Syawal ini diterangkan dalam sebuah hadits, berbunyi, “Siapa saja berpuasa bulan Ramadan, kemudian diikutinya dengan enam hari puasa di bulan Syawwal, maka seolah-olah dia berpuasa sepanjang masa.” (HR. Muslim)

Jika ingin mengamalkan ibadah sunnah ini, bacalah niat puasa sunnah enam hari di awal bulan Syawal berikut:

“Nawaitu shauma ghanin ‘an ada’i sunnatis syawali lillahi ta’ala.”

Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Syawal hari ini karena Allah Ta’ala.”

 

2. Menjaga Salat Lima Waktu dan Salat Berjamaah

Perintah untuk melaksanakan salat ditegaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari riwayat Abu Abdrrrahman Abdullah bin Umar bin Khattab:

“Islam itu dibangun atas lima perkara yaitu: bersaksi tiada Tuhan kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan salat, membayar zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa pada bulan Ramadan.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Dalam Islam, kewajiban melaksanakan salat telah ditentukan waktunya. Karena itulah, setiap umat Muslim diwajibkan salat tepat waktu, terutama salat lima waktu (Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isya).

“Sesungguhnya salat itu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (Q.S An-Nisa ayat 103)

Keutamaan mengerjakan salat lima waktu diterangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui sabdanya, “Allah berfirman, ‘Aku wajibkan bagi umatmu salat lima waktu. Aku berjanji pada diriku bahwa barangsiapa yang menjaganya pada waktunya, Aku akan memasukkannya ke dalam surga. Adapun orang yang tidak menjaganya, maka aku tidak memiliki janji padanya’.” (H.R Sunan Ibnu Majah)

Setiap umat Islam, terutama kaum Adam, diutamakan memenuhi panggilan adzan untuk melaksanakan salat lima waktu berjamaah di masjid, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Dirikanlah salat, tunaikan zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (Q.S Al Baqarah ayat 43)

 

3. Memperbanyak Puasa Sunnah

Puasa sunnah bagi setiap Muslim yang mengerjakannya memiliki keistimewaan tersendiri. Salah satunya, ia akan ditingkatkan derajatnya dan termasuk kelompok orang-orang yang disayangi Allah (as saabiqun al muqorrobun).

Terkait amalan sunnah setelah bulan Ramadan ini diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melalui sabdanya dalam sebuah hadist:

“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (H.R Bukhari)

 

4. Menjaga Salat Malam

Allah SWT juga berfirman mengenai keutamaan salat tahajud dalam Surat Al-Isra’ ayat 79:

“Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah ‘sembahyang tahajud’ sebagai ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu di tempat yang terpuji pada hari akhir.”

 

5. Membaca Alquran

“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah ayat 185)

Rajin membaca Alquran sebaiknya tetap konsisten dikerjakan, meskipun bulan Ramadan telah berakhir. Sebab, membaca Alquran memiliki keutamaan seperti yang disampaikan Rasulullah melalui sabdanya:

“Sebaik-baiknya di antara kalian adalah yang mempelajari Alquran dan saling mengajarkan.” (H.R Bukhari)

 

6. Berinfak dan Sedekah

Anjuran berinfak sesering mungkin diterangkan Allah Ta’ala dalam firman-Nya, “Apapun harta yang kalian infakkan maka Allah pasti akan menggantikannya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rezki.” (Q.S Saba’ ayat 39). 

Tujuan berinfak dan sedekah bisa beragam, seperti untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, dalam rangka pembangunan masjid, kegiatan dakwah, serta kegiatan lainnya yang bernilai amal jariah.

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Q.S Al Baqarah ayat 245)

Inilah 5 Amalan Istimewa Sebelum Tidur

Inilah 5 Amalan Istimewa Sebelum Tidur

Dalam Islam, kita dianjurkan untuk melakukan amalan sebelum tidur agar mendapatkan keberkahan di dalam hidup sehingga hidup kita selalu mengarah ke hal hal yang positif. Ada banyak amalan yang dapat dilakukan sebelum tidur dan pada artikel kali ini, kami akan berbagi beberapa informasi amalan yang dapat dilakukan dilakukan sebelum tidur.

 

Amalan Istimewa Sebelum Tidur

Tidur merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dan bugar. Tidur juga menjadi salah satu cara yang dilakukan untuk mengembalikan stamina yang hilang selama beraktivitas.

Untuk mendukung kualitas tidur, dianjurkan untuk melakukan beberapa amalan sebelum tidur berikut ini:

 

1. Wudhu sebelum tidur

Wudhu atau sederhananya cuci muka sebelum tidur akan memberikan kesegaran. Anjuran ini didasarkan pada hadits Al Bara bin Azib.

“Jika engkau hendak mendatangi tempat tidurmu, hendaklah engkau berwudhu seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu,” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710).

Tidak hanya karena wudhu akan menyegarkan wajah, dalam hadist itu juga disebutkan posisi tidur yang terbaik untuk kita.

 

2. Mengibas atau membersihkan kasur lebih dulu

Sebelum tidur, dianjurkan untuk mengibas atau membersihkan kasur lebih dulu. Sebab sekalipun itu hanya debu, itu adalah kotoran yang dapat membuat tidur kita menjadi tidak nyenyak.

Dalam medis, debu juga bisa menyebabkan jerawat dan masalah kesehatan pada paru-paru kita. Oleh karenanya, pastikan untuk membersihkan tempat tidur sesaat sebelum tidur.

 

3. Membaca doa sebelum tidur

Membaca doa sebelum tidur merupakan amalan sebelum tidur yang sangat penting dan akan disarankan oleh orang tua kita sejak kecil. Hal ini penting agar tidur kita berkualitas dan terhindar dari gangguan hawa negatif, seperti setan terkutuk.

Ada hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah yang mengatakan, “Apabila nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan doa: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).”

Dan apabila bangun tidur, Beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324).

 

4. Membaca surat pendek

Sebelum tidur, dianjurkan untuk membaca surat pendek seperti al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An Naas. Ini dapat melindungi kita dari mimpi buruk. Selain itu, ini juga amalan sebelum tidur yang baik untuk dilaksanakan ketika Anda mengalami gangguan sulit tidur atau insomnia. Dengan membaca surat pendek dalam hati, perlahan-lahan Anda akan terbantu untuk menjadi mengantuk dan bisa tidur lebih cepat.

Di samping itu, Rasulullah saw berkata “Apabila engkau membaca surat al-Ikhlas tiga kali, maka seakan-akan engkau telah menghatamkan al-Qur”an. Dan apabila engkau bershalat 

Di samping itu, Rasulullah saw berkata “Apabila engkau membaca surat al-Ikhlas tiga kali, maka seakan-akan engkau telah menghatamkan al-Qur”an. Dan apabila engkau bershalat kepadaku dan kepada semua Nabi-Nabi maka engkau sama dengan menjadikan kami sebagai pemberi syafaatmu.”

 

5. Perbanyak dzikir sebelum tidur

Amalan sebelum tidur lain yang sangat dianjurkan ialah membaca dzikir dan ayat kursi. Hadist Riwayat Al Bukhari menyatakan, “Jika engkau mendatangi tempat tidur (di malam hari), maka bacalah ayat kursi. Niscaya Allah akan selalu menjagamu dan setan pun tidak akan mengganggu tidurmu hingga pagi tiba.”

Amalan Ibadah Mudah yang Berpahala Besar

Amalan Ibadah Mudah yang Berpahala Besar

Setiap umat Muslim diwajibkan untuk beribadah kepada Allah SWT, sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan. Selain itu, ibadah juga akan menjadi amal penolong di kehidupan akhirat nanti.

Allah SWT pun mempermudah umatnya untuk mendapatkan pahala dengan berbagai cara ringan yang dapat dilakukan sebagai upaya memperbanyak pahala amal kebaikan. Meski dinamakan ibadah ringan, tetapi besaran pahala yang akan didapatkan tidak tanggung-tanggung. 

Amalan Ibadah Mudah yang Berpahala Besar

Berikut beberapa amalan ibadah yang mudah dengan pahala yang besar yang wajib saudara ketahui.

 

1. Mendengarkan adzan

Sebagaimana yang tertera dalam hadis berikut ini:

Dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa, “Barangsiapa mendengar panggilan adzan lalu ia berdoa, ‘Ya Allah Tuhan panggilan yang sempurna (panggilah Tauhid) dan sholat yang didirikan, berilah kepada Muhammad kemuliaan dan keutamaan dan berilah untuknya tempat yang terpuji sebagaimana yang Engkau janjikan kepadanya. ‘Akan mendapatkan syafaatku kelak pada hari Kiamat.” (HR. Bukhari)

 

2. Mengucapkan doa setelah adzan

Selain mendengarkan azan, membaca doa setelah adzan juga termasuk amalan sederhana serta ringan dilakukan untuk, tetapi memiliki pahala yang luar biasa. 

Berikut ini doa setelah adzan berkumandang yang bisa orangtua ajarkan dan amalkan setiap harinya:

اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى وَعَدْتَهُ

Artinya:

“Ya Allah, Rabb pemilik dakwah yang sempurna ini (dakwah tauhid), shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah (kedudukan yang tinggi), dan fadilah (kedudukan lain yang mulia.”

 

3. Mengamini Imam saat salat

Sebagaimana Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Apabila imam beramin maka beraminlah pula karena barangsiapa yang aminnya sesuai dengan aminnya para malaikat maka telah dihapuskan dosanya yang telah lalu. Ibnu Syihab berkata, ‘Rasulullah SAW mengucapkan Aamiin’,”

Dalam menirukan Aamiin-nya imam saat salat ini, Rasulullah SAW bersabda bahwa, “Apabila imam membaca, Ghairilmagdhuubi’alayhim waladdhallin’ (Bukan (jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nasrani)). Maka ucapkanlah, ‘Aamiin’ karena apabila ucapan aamiinnya sesuai dengan ucapan aamiin para malaikat maka telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

4. Membaca ayat kursi sesudah salat

Adapun hadis yang menerangkan keutamaan membaca ayat kursi usai salat yaitu:

“Siapa membaca ayat kursi setiap selesai salat, tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian.” (HR. An-Nasai)

Berikut bacaan ayat kursi dalam bahasa Arab serta latinnya yang dapat Mama dan Papa ajarkan pada anak.

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim.

 

5. Berdzikir

Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Barang siapa mengucapkan Subhaanallaah wa bihamdih 100 kali setiap hari, maka gugurlah semua dosanya walau sebanyak buih di lautan!” (HR. Bukhari No. 6405, dan Muslim No. 2691)

 

6. Membaca Bismillah setiap aktivitas

Hal ini karena bacaan Basmallah yang berarti “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” memiliki keutamaan luar biasa. Bahkan, aktivitas yang dilakukan akan semakin berkah jika diiringi dengan Basmallah, Ma. 

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya, “Setiap amalan yang terdapat kepentingan di dalamnya jika tidak dimulai dengan (menyebut) nama Allah maka terputus (keberkahannya).” (HR. Abu Daud dan Nasa’i)

 

7. Membaca ayat suci Alquran

Hal ini dijelaskan dalam hadis. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Barangsiapa membaca 1 huruf dari Kitab Allah (Alquran) maka baginya 1 hasanah (kebaikan) dan 1 hasanah itu sama dengan 10 kali lipatnya. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi)

4 Tips Sukses Berbisnis Ala Rasululah SAW, InsyaAllah Berkah!

4 Tips Sukses Berbisnis Ala Rasululah SAW, InsyaAllah Berkah!

Seperti yang kita ketahui, Rasulullah sAW merupakan seorang pedagang yang ulung. Beliau juga hidup di tengah keluarga pedagang. Menurut beberapa sumber, seperti yang disebutkan di dalam Umma id, Shafiyyur-Rahman al-Mubarakfurry dalam Sirah Nabawiyyah menyebutkan, perjalanan dagang pertama Rasulullah SAW saat ia berusia sekitar 12 tahun. 

Beliau ikut serta dalam perjalanan berdagang bersama dengan pamannya, Abu Thalib. Pada perjalanan inilah terjadinya sebuah pertemuan nabi dengan rahib Nasrani yang mengenalinya sebagai bakal utusan Allah yang terakhir. 

Memasuki Usia 17 Tahun, beliau Nabi Muhammad telah berhasil memimpin sebuah ekspedisi perdagangan ke luar negeri. Kesuksessan dalam berbisnis juga semakin cemerlang ketika beliau menikah dengan Ummul Mukminin Khadijah.

Khadijah memilih Muhammad sebagai tangan kanan bisnisnya. Keputusannya pun sangat tepat karena di tangan Rasulullah SAW, bisnis Khadijah di Negeri Syam semakin besar, dan laba semakin meningkat.

 

Cara menjadi pengusaha sukses ala Rasulullah SAW yang bisa ditiru

Cara berdagang dari Nabi Muhammad memang perlu untuk dijadikan contoh, agar selain dapat menunjang keberhasilan dalam berbisnis, cara berdagang Rasulullah SAW juga merupakan cara untuk mendapatkan keberkahan dari setiap rezeki yang dilimpahkan. Berikut beberapa cara Rasulullah SAW yang perlu untuk dicontoh dalam berbisnis.

 

1. Berdagang atas niat karena Allah SWT

Harta dan kekayaan bukanlah tujuan utama dari Rasulullah SAW dalam berdagang. Dasar utama yang diyakininya adalah semata karena Allah SWT. Adapun hal tentang niat ini disebutkan pada HR. Al Bukhari dan Muslim

“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka ia akan mendapat pahala hijrah menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin diperolehnya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka ia mendapatkan hal sesuai dengan apa yang ia niatkan.”

 

2. Bersikap jujur dan amanah

Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok pedagang yang jujur. Beliau selalu memberitahukan terkait kondisi dari setiap barang yang beliau jual. Beliau tidak mau menjual barang yang dapat merugikan pelanggannya, dan apabila salah satu barang yang beliau jual terdapat cacat, maka beliau akan memberitahukan kepada setiap pembeli yang ingin menawar barang tersebut.

Sikap jujur dalam berdagang disebut juga di dalam ayat Alquran.  Salah satunya di dalam surat Ar-Rahman ayat 9:

“Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”

 

3. Tidak menebar janji berlebihan

Banyak pedagang yang kerap kali memberikan janji janji yang berlebihan untuk menarik konsumen, seperti misalnya menjamin barang tidak akan rusak hingga bertahun tahun.

Kalimat-kalimat tersebut sebaiknya tidak diucapkan karena tidak ada yang tahu kehendak Allah, dan semua bisa berubah atas kehendak Allah SWT. Bersumpah, apalagi sumpah palsu, adalah hal yang dibenci Allah SWT.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Sumpah itu tidak melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus keberkahan”

 

4. Mengambil keuntungan dengan wajar

Ketika berjualan sebaiknya ambillah keuntungan dengan sewajarnya saja seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad yang bukan untuk mengincar keuntungan, melainkan untuk mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. 

 

5. Menjual barang milik sendiri bukan milik orang lain

Saat ini sangat populer bisnis dengan sistem dropshipping, di mana kita menjual produk milik orang lain kepada konsumen, tanpa membelinya terlebih dahulu. Kita menjual produk bermodalkan gambar, dan jika ada konsumen yang memesan, pemilik barang akan mengirimkannya dengan nama toko dan alamat kita.  Rasulullah SAW menyarankan agar kita tidak menjual barang yang bukan milik kita karena tidak menutup kemungkinan bisa merugikan pihak lain. 

 

6. Tidak menimbun barang

Ingat kejadian pedagang yang menimbun masker dan hand sanitizer?  Mereka sengaja menyimpan barang dan baru mengeluarkannya saat permintaan melonjak.  Perbuatan seperti ini hanya memberikan dampak buruk, di mana stok barang habis sehingga mengganggu harga pasar.

Apalagi tindakan tersebut dilakukan untuk keuntungan diri sendiri.  Diriwayatkan dari Ma’mar bin Abdullah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seseorang melakukan penimbunan melainkan dia adalah pendosa.” (H.r. Muslim)

Itu dia 6 cara menjadi pengusaha sukses ala Rasulullah SAW.  Coba terapkan, dan buktikan sendiri keberkahan Allah SWT pada usaha.  Selamat mencoba cara menjadi pengusaha sukses di atas, dan semoga berhasil!

Amalan untuk Mencapai Berkah Ramadhan

Amalan untuk Mencapai Berkah Ramadhan

Bulan ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah, dan menjadi bulan yang dinanti nantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia.  Kemuliaan Ramadhan terlukis dalam sabda Nabi Muhammad, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah wajibkan puasa Ramadhan. Pintu langit dibuka, pintu neraka ditutup, setan dibelenggu. Di dalamnya (bulan Ramadhan) ada lailatulqadar,” (H.R Nasai).

 

Ibadah Pelengkap Berkah Ramadhan

Umur atau usia bukanlah suatu hal yang dapat diketahui. Tidak ada satupun manusia yang tahu kapan ajal akan menjemput, sebab hal tersebut merupakan rahasia Allah SWT. Mungkin di tahun ini kita dapat menikmati keberkahan bulan suci ramadhan, namun di tahun nanti kita tidak pernah tau. Maka marilah kita mengisi ramadhan tahun ini dengan amalan-amalan yang baik dan dianjurkan. Dengan demikian, berkah Ramadhan yang didapatkan pun semakin banyak. Nah, apa saja amalan baik yang bisa dilakukan?

 

Salat Tarawih

Nabi Muhammad bersabda, “Barang siapa beribadah di malam Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharap pahala, maka dihapus dosanya yang telah lampau,” (HR al-Bukhari). Salah satu bentuk ibadah pada malam Ramadhan adalah salat tarawih. Salat tarawih adalah salat sunah yang dilakukan hanya pada bulan Ramadhan.

Dalam bahasa Arab, “tarawih” adalah bentuk jama’ yang berarti waktu sesaat untuk beristirahat. Pelaksanaannya adalah setelah Isya dan biasanya dilakukan secara berjemaah di masjid. Ada beberapa cara mengerjakan salat tarawih, salah satunya menggunakan formasi dua kali empat rakaat dengan sekali salam tiap empat rakaat selesai.

 

Berzikir

Berzikir merupakan salah satu amalan yang dapat dilakukan pada bulan Ramadhan, terutama pada malam hari. Mendahulukan zikir kepada Allah SWT pada saat orang banyak tertidur pulas tentu merupakan hal yang dihargai. Berzikir berarti selalu mengingat Allah, mensyukuri nikmat-Nya, dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Karena itu, melakukan amalan zikir akan berdampak pada hati yang lebih bersih.

 

Memberi Makanan Berbuka Puasa 

Kamu juga dapat melakukan amalan baik pada saat Ramadhan dengan cara memberi makanan berbuka pada orang yang sedang berpuasa. Bentuknya tidak perlu mewah atau mahal. Seteguk atau sebutir kurma pun diperbolehkan. Hal ini disabdakan Rasulullah, “Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikit pun, “(Bukhari Muslim).

 

Bersedekah

Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik sedekah adalah sedekah yang dilakukan pada bulan Ramadhan,” (HR. Tirmidzi). Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, terutama pada saat bulan Ramadhan, ketika ditemui malaikat Jibril pada setiap malam bulan Ramadhan. Malaikat Jibril mengajaknya membaca dan mempelajari Alquran. Rasulullah lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berembus,” (Muttafaq ‘Alaih).

Memberi Makan Tamu, Dapat Pahala Haji dan Umrah?

Memberi Makan Tamu, Dapat Pahala Haji dan Umrah?

Benarkah memuliakan tamu dapat pahala haji dan umrah. Seperti yang ditunjukkan dalam hadis ini:

“Jika ada tamu yang masuk ke rumah seorang mukmin maka akan masuk bersama tamu itu seribu berkah dan seribu rahmat. Allah akan menulis untuk pemilik rumah itu pada setiap kali suap makanan yang dimakan tamu seperti pahala haji dan umrah.”

 

Hadis Tentang Memulakan Tamu

Ada juga hadis lain yang mengatakan, “Wahai sekalian manusia, janganlah kalian membenci tamu. Karena sesungguhnya jika ada tamu yang datang, maka dia akan datang dengan membawa rizkinya. Dan jika dia pulang maka dia pulang dengan membawa dosa pemilik rumah.”

 

Hadis pertama,

الضَّيفُ إِذَا دَخَلَ بَيتَ المُؤمِنِ دَخَلَتْ مَعَهُ أَلْفُ بَرَكَةٍ وَأَلْفُ رَحْمَةٍ وَيَكْتُبُ اللهُ تَعَالَى لِصَاحِبِ المَنْزِل بِكُلِّ لُقْمَةٍ يَأكُلُهَا الضَّيفُ حَجَّةً وَعُمْرَةً

“Jika ada tamu yang masuk ke dalam rumah seorang mukmin maka akan masuk bersama tamu itu seribu berkah dan seribu rahmat. Allah akan menulis untuk pemilik rumah itu pada setiap kali suap makanan yang dimakan tamu seperti pahala haji dan umrah.”

Kami menemukan keterangan dalam fatwa Syabakah Islamiyah,

فإن الظاهر أن هذا الحديث موضوع، ويدل لذلك أنه لا وجود له في شيء من كتب السنة المنتشرة بين الناس

Yang sesuai dzahirnya, hadis ini palsu. Diantara buktinya adalah hadis tidak dijumpai dalam kitab-kitab hadis yang ada di masyarakat. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 101197)

Dan saya juga mencoba mencari hadis ini dalam software hadis yang saya miliki (terdiri dari 1300an kitab hadis dan kitab takhrij), dan kami tidak menjumpai hadis ini sama sekali.

Allahu a’lam.

 

Hadis kedua,

إِذَا دَخَلَ الضَّيفُ عَلَى قَومٍ دَخَلَ بِرِزْقِهِ وَإِذَا خَرَجَ خَرَجَ بِمَغْفِرَةِ ذُنُوبِهِمْ

“Apabila ada tamu yang masuk ke sebuah kampung maka dia masuk dengan membawa rizkinya, dan ketika tamu ini keluar, dia keluar dengan membawa ampunan dosa-dosa mereka.”

 

Terdapat keterangan dari as-Sakhawi – Ulama Syafiiyah muridnya Ibnu Hajar al-Asqalani – mengenai hadis ini dalam kitab beliau – al-Maqasid al-Hasanah –,

رواه الديلمي من حديث معروف بن حسان حدثنا زياد الأعلم عن الحسن عن أنس مرفوعا بهذا، وسنده ضعيف

Hadis ini diriwayatkan ad-Dailami dari jalur Makruf bin Hassan, dari Ziyad al-A’lam, dari Hasan al-Bashri, dan Anas bin Malik secara marfu’ (dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam). Dan sanadnya dhaif. (al-Maqasid al-Hasanah, no. 62).

Kesimpulannya, kedua hadis di atas tidak bisa dipertanggung jawabkan sebagai dalil.

 

Keutamaan Memuliakan Tamu

Meskipun demikian, memuliakan tamu bukan berarti tidak memiliki keutamaan. Ada keutamaan besar untuk amalan memuliakan tamu, diantaranya,

 

Amalan Ibrahim yang Allah ceritakan dalam al-Quran

Ada banyak amal soleh Nabi Ibrahim alahis salam, dan amalan yang Allah sebutkan diantaranya adalah memuliakan tamu.

Allah berfirman,

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ. إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ . فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ . فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ

Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaamun”. Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal”. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: “Silahkan anda makan”. (QS. ad-Dzariyat: 24 – 27)

 

Anda bisa perhatikan, Ibrahim sangat menghormati tamunya dilihat dari beberapa sisi,

[1] Jawaban salam Ibrahim lebih sempurna dibandingkan salam yang disampaikan tamunya. Tamunya menyampaikan dalam dengan susunan fi’liyah sementara Ibrahim menjawab dengan susunan ismiyah. Dan susunan ismiyah menunjukkan makna yang lebih langgeng.

[2] Ibrahim diam-diam menemui istrinya dan tiba-tiba datang dengan membawa hidangan. Sehingga ini tidak membuat tamu merasa telah merepotkan.

[3] Hidangan yang disediakan Ibrahim tidak tanggung-tanggung, beliau menghidangkan daging anak sapi panggang.

[2] Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jadikan amalan memuliakan tamu bagian dari iman seseorang kepada Allah dan hari akhir.

 

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia memuliakan tamunya.” (Muttafaq ‘alaih)

Sehingga memuliakan tamu menunjukkan kesempurnaan imannya. Dan hadis ini sudah sangat cukup bagi kita untuk menyimpulkan betapa pentingnya amal memualiakan tamu.

Demikian, Allahu a’lam.