Ini Niat Mandi Wajib Lengkap dengan Artinya

Ini Niat Mandi Wajib Lengkap dengan Artinya

Ketika hendak beribadah, umat Muslim dianjurkan untuk membersihkan diri dari hadas, baik hadas kecil hingga hadas besar. Hadas kecil dapat dibersihkan dengan cara berwudhu. Sedangkan untuk hadas besar diwajibkan untuk mandi junub agar dapat terlepas dari tubuh.

Mandi junub sendiri berbeda dengan mandi pada umumnya, yang dimana mandi junub memiliki tata cara yang telah ditentukan dalam Islam, mulai dari niat, gerakan, dan lain sebagainya.

 

Perintah Allah untuk Mandi Junub

Allah SWT berfirman,

“Dan jika kamu junub, maka mandilah.” (QS. Al Maidah: 6)

Kemudian dalam surat lainnya Allah SWT juga menyuruh muslim mandi wajib jika dalam keadaan junub.

Allah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. An-Nisa’: 43)

 

Niat Mandi Wajib Tata Caranya

Mandi wajib atau junub biasanya membersihkan diri seusai haid, nifas, dan bersyahwat. Berikut niat yang dibaca ketika akan mandi wajib setelah bersyahwat:

“BISMILLAHIRAHMANIRAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAL JANABATI FARDLON LILLAHI TA’ALA.”

Artinya:”Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari jinabah, fardlu karena Allah Ta’ala.”

Jika hadas besar pada perempuan disebabkan karena keluarnya darah dari organ intim setelah melahirkan atau nifas, maka niat mandi wajib yang harus dibaca adalah sebagai berikut:

“BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITU GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAN NIFASI FARDLON LILLAHI TA’ALA.”

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari nifas, fardlu karena Allah Ta’ala.”

Setelah membaca niat, dilanjutkan dengan tata cara mandi wajib atau junub yang sudah dijabarkan diatas baik laki-laki maupun perempuan. Berikut tata cara mandi wajib lengkap bagi pria dan wanita sesuai hadis Rasulullah SAW:

 

Tata Cara Mandi Junub

Adapun langkah atau proses mandi junub. Simak sebagai berikut.

Niat

Doa niat inilah yang membedakan mandi wajib dan mandi biasa. Cara membaca doa niat mandi wajib ini bisa dalam hati atau bersuara.  

 

Cuci Tangan Sampai Bersih Setidaknya Tiga Kali 

Membersihkan bagian tubuh yang dianggap kotor dan tersembunyi menggunakan tangan kiri. Bagian tubuh yang biasanya kotor dan tersembunyi tersebut adalah bagian kemaluan, dubur, bawah ketiak, pusar, dan lain–lain.  

 

Mengulangi Mencuci Kedua Tangan

Setelah membersihkan bagian tubuh yang kotor dan tersembunyi, tangan perlu dicuci ulang. Caranya, mengusap-usapkan tangan ke tanah/tembok kemudian dibilas air langsung atau dicuci dengan sabun baru dibilas.  

 

Berwudhu

Setelah itu berwudhu seperti tata cara wudu saat akan melakukan salat.  Baca juga: Ini Keutamaan Doa Setelah Wudhu  

 

Menyela Pangkal

Menyela pangkal rambut dengan jari-jari yang sudah dicelup ke air sampai menyentuh bagian kulit kepala.  

 

Membasahi Kepala 

Membasahi kepala dengan mengguyurnya tiga kali hingga seluruh permukaan pada kulit dan rambut basah oleh air. 

 

Membasahi Tubuh Secara Merata

Setelah itu membasahi tubuh secara merata dengan mengguyurkan dari ujung rambut hingga ujung kaki, dimulai bagian kanan terlebih dahulu kemudian bagian kiri.  

Pastikan untuk membersihkan seluruh area lipatan kulit atau area mana saja dari tubuh yang tersembunyi pada saat melaksanakan mandi junub.

Begini Cara Mandi Wajib Saat Puasa?

Begini Cara Mandi Wajib Saat Puasa?

Ketika hendak memasuki bulan ramadhan, Umat Muslim biasanya akan mandi terlebih dahulu. Mandi yang dilakukan ketika menyambut kedatangan bulan puasa adalah mandi junub atau mandi bersih. Mandi junub sendiri dilakukan agar hadas besar pada tubuh dapat dihilangkan. Lantas bagaimana cara melakukan mandi junub.? Berikut penjelasannya.

 

Cara Mandi Wajib

Ketika hedak melakukan mandi junub atau mandi bersih, hal yang perlu untuk diketahui adalah niat dari mandi itu sendiri. Adapun niat yang dapat diucapkan ketika hendak mandi junub yaitu.

 

Doa mandi junub bagi suami-istri usai berhubungan badan

Nawaitul Ghusla Liraf’il Hadatsil Akbari Fardhan Lillaahi Ta’aala Artinya: Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar, fardhu karena Allah ta’ala. 

 

Doa mandi junub usai berhentinya darah nifas

Nawaitul Ghusla Lirafil Hadatsil Nifasi Lillahi Ta’ala Artinya: Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari nifas karena Allah ta’ala. 

 

Doa mandi junub usai masa menstruasi

Nawaitul Ghusla Lifraf il Hadatsil Haidil Lillahi Ta’ala Artinya: Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah Ta’ala. Tata cara mandi junub 

 

Cara Mandi Junub

Tata cara mandi junub antara perempuan dan laki laki sama saja yang membedakannya hanya hukum saat menyela rambut dengan jari. Bagi seorang laki laki hukumnya wajib, sementara wanita hukumnya sunnah. Adapun langkah langkahnya sebagai berikut.

  1. Membaca niat mandi junub. 
  2. Membasuh tangan kanan dan kiri sebanyak tiga kali. 
  3. Membersihkan kemaluan dan bagian lain yang dianggap kotor, seperti dubur, ketiak, pusar, hingga sela jari kaki menggunakan tangan kiri. 
  4. Mencuci kembali kedua tangan agar terhindar dari najis. 
  5. Berwudu. 
  6. Membasuh rambut dan kepala dengan sela-sela jari yang basah. 
  7. Mengguyur kepala sebanyak tiga kali secara menyeluruh di bagian kepala dan kulit kepala. 
  8. Menyiram tubuh secara merata dari ujung rambut hingga ujung kaki, dimulai dari bagian kanan lalu dilanjutkan ke bagian kiri.

 

Hukum Mandi Junub

Mandi junub hukumnya adalah wajib bagi siapa yang telah terkena hadas besar. Adapun hadis yang menerangkan wajibnya mandi junub yakni.

Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Maidah ayat 6: “Idza qumtum ila as-shalati fa-ghsiluu wujuhakum wa aydiyakum ilal-maraafiq wa-msahuu bi-ru-usikum wa arjulakum ilal-ka’baini. Wa in kuntum junuban fattaharuu,”. Yang artinya: “Apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,”.

Kemudian dalam Surah An-Nisa ayat 43, Allah juga berfiman: “Wa laa junuban illa aabiri sabilin,”. Yang artinya: “(Jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu saja,”.

Keistimewaan 10 Hari Pertama di Bulan Ramadhan

Keistimewaan 10 Hari Pertama di Bulan Ramadhan

Bulan ramadhan merupakan bulan yang Istimewa bagi umat Muslim, termasuk jjuga pada 10 hari pertama di bulan ramadhan. 10 hari pertama menjadi hari yang cukup berat, sebab 10 hari tersebut merupakan hari untuk beradaptasi dengan puasa ramadhan. 

Meskipun 10 hari pertama dibulan ramadhan tersebut merupakan hari yang berat namun ada banyak keistimewaan dari hari tersebut.

 

Keistimewaan 10 Hari Pertama Ramadhan

Ada beberapa keistimewaan pada 10 hari pertama bulan ramadhan yang perlu untuk kita ketahui.

 

1. Terbukanya pintu rahmat

10 hari pertama menjadi hari dimana Alah Allah SWT membuka pintu rahmat-Nya untuk setiap hamba yang melaksanakan ibadah yang mulia. Hal ini sebagaimana pernah disabdakan Rasulullah SAW dalam hadist sebagai berikut.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Awal bulan Ramadhan adalah Rahmat, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya ‘Itqun Minan Nar (pembebasan dari api neraka).”

 

2. Mendapatkan berkah dan keberuntungan

Allah SWT selalu memberikan keberkahan dan keberuntungan bagi hamba-Nya yang menjalankan puasa dan ibadah-ibadah lainnya selama 10 hari pertama bulan Ramadhan.

 

3. Memperbanyak amalan sunnah

10 hari pertama bulan Ramadhan menjadi waktu yang tepat untuk memperbanyak ibadah sunnah. Oleh karena itu luangkan waktu untuk sholat dhuha, sholat rawatib, sholat Tarawih dan membaca Al-Quran.

 

4. Melatih diri untuk sholat berjamaah

Amalan yang dianjurkan untuk dilaksanakan terutama bulan Ramadhan adalah lebih rajin untuk melaksanakan sholat berjamaah baik di Masjid maupun Musholla. Sholat berjamaah digunakan sebagai momentum untuk bersilaturahmi dan menjaga hubungan baik antar sesama muslim. 

 

5. Memperbanyak dzikir

Pada bulan Ramadhan, umat muslim dianjurkan untuk selalu berdzikir kepada Allah SWT dimana dan kapan pun. Barangsiapa yang ingin selalu dekat dengan Allah SWT maka perbanyak berdzikir.

 

6. Waktu yang mustajab untuk berdoa

10 hari pertama bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk berdoa kepada Allah SWT. Waktu yang mustajab untuk berdoa adalah saat berpuasa, waktu sahur, saat adzan berkumandang dan malam Lailatul Qadar.

 

Amalan di 10 hari pertama ramadhan

1. Membaca Al Quran 

Disunnahkan bagi orang yang sedang berpuasa, khususnya puasa Ramadhan, untuk memperbanyak membaca Al-Quran. Dasarnya adalah hadits shahih berikut ini : Jibril alaihissalam mendatangi Rasulullah SAW pada tiap malam bulan Ramadhan dan mengajarkannya Al-Quran. (HR. Bukhari dan Muslim) 

 

2. Menyibukkan diri dengan ilmu dan tilawah

Disunnahkan untuk memperbanyak mendalami ilmu serta membaca Al-Quran, shalawat pada Nabi dan zikir-zikir baik pada siang hari atau malam hari puasa, tergantung luangnya waktu untuk melakukannya. Dasarnya adalah hadits shahih berikut ini: Jibril as. mendatangi Rasulullah SAW pada tiap malam bulan Ramadhan dan mengajarkannya Al-Qur’an.(HR Bukhari dan Muslim). 

 

3. Shalat Tarawih, Witir, Tahajud 

Selain ibadah di atas, tentunya yang sangat penting dan jangan sampai terlewat adalah shalat tarawih, tahajjud, witir dan lainnya. Hadits sholat sunnah di malam Bulan Ramadhan ini disebutkan dalam hadits berikut: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu beliau berkata: sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang mendirikan bulan Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mengharap ridha Allah, maka diampuni dosadosanya yang telah lalu. (HR.al-Bukhari & Muslim).

Lebih Utama Mana Sedekah Atau Qurban Jelaskan?

Lebih Utama Mana Sedekah Atau Qurban Jelaskan?

Qurban dan sedekah merupakan dua hal yang dianjurkan di dalam Islam. meskipun keduanya hampir terlihat sama namun keduanya tentu berbeda. Menurut Ibnu Qayyim berkata, “Menyembelih pada waktunya lebih utama daripada sedekah dengan harganya, sekalipun dengan jumlah sedekah yang lebih besar daripada harga kurban, karena penyembelihan dan mengalirkan darah itu sendiri menjadi sasaran, ia adalah ibadah yang disandingkan dengan shalat.”

Dalam firman Allah dalam QS. Al-Kutsar ayat 2 yang artinya, “Maka shalatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah.

 

Alasan qurban lebih utama:

  1. Qurban ibadah yang dilakukan khusus pada tanggal 10 Dzulhijjah saja. Sedangkan,sedekah tidak dibatasi harinya.
  2. Qurban salah satu sunnah Nabi SAW.
  3. Perbedaan hukum dikalangan ulama, yang Sebagian besar mewajibkan untuk berqurban.

Qurban di masa sulit seperti pandemi sekarang ini mungkin akan terasa sulit, namun terdapat keistimewaan yang lebih dari tahun sebelum andemi, mengapa demikian.? Sebab sebagian orang mengalami kesulitan dalam berbagai aspek terutama dalam ekonomi, namun  mereka tetap melakukan qurban  dan luas manfaatnya.

Dalam sabda Rasulullah SAW, ketika beliau ditanya, “Sedekah bagaimanakah yang paling utama?”, beliau menjawab, “Engkau bersedekah di saat kamu dalam keadaan sehat dan cinta harta, banyak keinginan dan takut miskin. Serta tidak menangguhkannya sampai nyawa di kerongkongan, kemudian mengatakan, “Ini untuk si fulan, dan itu untuk si fulan”. Padahal memang itu sudah jatah si fulan dan si fulan).” (mutafaq alaih).

Aspek keistimewaan berkurban dan sedekah itu memiliki keistimewaan tersendiri jika kita mengerjakannya. Namun, jika disuruh pilih antara berqurban atau sedekah maka pilihlah yang lebih bermanfaat, bermaslahat dan yang paling dibutuhkan orang lain apalagi di masa pandemi ini.

 

Keutamaan Qurban

Meningkatkan Ketakwaan

Keutamaan berkurban Idul Adha seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Keutamaan berkurban Idul Adha ini seperti yang tercantum dalam QS. Al Maidah ayat 27 yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertaqwa.”

 

Menambah Amal Kebaikan

Selain sebagai upaya untuk meningkatkan takwa kepada Allah, salah satu keutamaan berkurban Iduladha yang penting untuk diketahui dapat menambah amal kebaikan untuk bekal di kehidupan akhirat. Dalam keutamaan berkurban Iduladha ini, Allah akan memberikan pahala yang berlipat-lipat bagi setiap umat Muslim yang menggunakan sebagian hartanya untuk berkuban. Pada HR Ahmad dan Ibnu Majah dikatakan, “Pada setiap lembar bulunya itu kita memperoleh satu kebaikan.”

“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah. Sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya dan bulunya. Sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.” (HR Ibnu Majah)

 

Sebagai Syiar Agama

Hal keutamaan berkurban Idul Adha tersebut seperti yang tercantum dalam QS Al Hajj ayat 34 yaitu, “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).”

Bagaimana Jika Tetanggamu Kaya Tetapi Dia Tidak Mau Berkurban?

Bagaimana Jika Tetanggamu Kaya Tetapi Dia Tidak Mau Berkurban?

Berkurban merupakan salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan bagi umat Muslim yang telah masuk dalam kategori orang yang  mampu, namun akan tetapi semua orang memiliki kelapangan harta terpanggil untuk melakukan qurban.

Bahkan ada pula orang  yang  sudah mampu secara finansial namun tidak mau berqurban, ada pula yang sudah merasa melaksanakan ibadah qurban tahun sebelumnya sehingga merasa untuk tidak perlu lagi berqurban pada tahun ini atau dalam agama kerap kali dikenal dengan istilah  “baroah min adz-zdimmah” (sudah terlepas dari perintah kurban). Padahal ibadah qurban sendiri tidak hanya berlaku untuk sekali seumur hidup, akan tetapi setiap tahunnya bagi yang telah memiliki kelapangan harta.

 

Bagaimana Jika Tetanggamu Kaya Tetapi Dia Tidak Mau Berkurban

Baginda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berqurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah (3123), Ahmad (2/321), al-Hakim (4/349), ad-Daruquthni (4/285), al-Baihaqi (9/260).

Bunyi hadis tersebut seakan mengancam dengan tegas bahwa bagi orang  orang yang sudah mampu secara finansial namun dengan sengaja untuk tidak melaksanakan nya.

Berdasarkan hadis tersebut ada 2 pendapat yang diutarakan oleh sebagian ulama yakni yang pertama bahwa bagi yang sengaja tidak melakukan ibadah qurban namun mampu maka ia dilarang untuk mendatangi shalat Idul Adha. Sementara pendapat lainnya mengutarakan bahwa hadis tersebut menunjukkan yang tidak mau berqurbqan namun ia mampu maka akan berdosa.

 

Dalam surah Al-Kautsar ayat kedua Allah SWT berfirman:

Artinya: Maka shalatlah kamu untuk Rabbmu dan sembelihlah hewan kurban (QS. Al Kautsar: 2)`

Dari firman Allah tersebut, kata wanhar merupakan fi’il amar yang bersifat perintah yang memiliki konsekuensi hukum wajib atau minimal sunnat. Meskipun status wajibnya kurban bagi yang berkemampuan masih bersifat khilafiyah (ada yang mewajibkan bagi yang mampu, ada yang menyatakan sunnah mu’akkadah), banyak ulama menjelaskan bahwa menyembelih hewan kurban lebih utama dibandingkan sedekah meskipun nilai uang yang dikeluarkan dalam sadaqah sama dengan nilai uang yang dikeluarkan untuk ibadah kurban.

 

Terkait khilafiyah hukum berkurban bagi yang mampu, berkurban hukumnya Sunnah Mu’akkadah. Ulama yang mengambil pendapat ini berdalil dengan riwayat dari Abu Mas’ud Al Anshari Radhiyallahu’anhu yang mengatakan:

“Sesungguhnya aku sedang tidak akan berkurban. Padahal aku adalah orang yang berkelapangan. Itu kulakukan karena aku khawatir kalau-kalau tetanggaku mengira kurban adalah wajib bagiku.” (HR. Abdur Razzaq dan Baihaqi dengan sanad shahih). Sedangkan Syaikh Ibn Utsaimin mengatakan “pendapat yang menyatakan wajib itu tampak lebih kuat daripada pendapat yang menyatakan tidak wajib. Akan tetapi, hal itu hanya diwajibkan bagi yang mampu.”

 

Meskipun demikian, dalam kaidah ushul fiqh dikenal sebuah kaidah yang berbunyi:

” Dianjurkan untuk keluar dari perkara yang diperselisihkan “

 

Lantas bagaimana cara kita untuk keluar dari perkara-perkara yang bersifat khilafiyah? Seperti halnya dalam batasan-batasan wudhu (sampai siku pada tangan, sampai mata kaki pada kaki). Terdapat khilafiyah tentang wajib tidaknya siku atau mata kaki untuk dibasuh karena merupakan batas. Ada yang menganalogikan dengan “menyapu lantai sampai batasan dinding” maka dinding tidak perlu untuk disapu. Ada juga yang menganalogikan dengan batasan kota, seseorang belum bisa dikatakan masuk di suatu kota ketika berdiri tepat diperbatasan, karena bisa saja dikatakan masih berada di kota sebelumnya. Maka untuk keluar dari khilafiyah ini, sebaiknya kita menyertakan membasuh siku dan mata kaki, meskipun ada yang mewajibkan ada juga yang tidak.

Demikian juga dalam hal berkurban, ketika berkemampuan secara finansial, maka sangat utama bagi kita untuk berkurban, terlepas dari khilafiyah yang menghukumi wajib atau hanya sunnah mu’akkadah.

Wal Afwu Minkum, Wallahu a’lam bi ash-showab

Bolehkah orang Islam yang memiliki harta tetapi tidak mau berkorban Mengapa?

Bolehkah orang Islam yang memiliki harta tetapi tidak mau berkorban Mengapa?

Idul adha menjadi perayaan terbesar bagi umat Muslim setelah Idul Fitri. Dalam perayaan idul adha sendiri, umat muslim biasanya akan melakukan shalat ied yang diteruskan dengan menyembelih hewan ternak atau qurban.

Orang orang  yang berqurban atau orang  yang memberikan hewan ternak untuk di qurbankan berasal dari kalangan yang mampu. Namun bagaimana jika mampu tapi tidak mau berqurban.? Simak terus artikel ini hingga selesai untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut.

 

Syarat Hewan Kurban Idul Adha

Memilih hewan kurban untuk disembelih juga tidak sembarangan. Hewan hewan tersebut harus memenuhi syarat sebagai hewan qurban, adapun syaratnya sebagai berikut.

  1. Sehat
  2. tidak cacat
  3. tidak pincang
  4. tidak sangat kurus
  5. tidak putus telinganya
  6. tidak putus ekornya
  7. telah mencukupi umurnya

 

Syarat Pembagian Daging Kurban

Pembagian dari daging hewan yang telah dikurbankan juga memiliki syarat pembagian yakni meliputi

1/3 daging kurban dapat diberikan kepada fakir miskin.

1/3 daging kurban lainnya dapat diberikan untuk tetangga dari orang yang berkurban.

1/3 daging kurban sisanya diperuntukkan bagi yang menunaikan kurban. Akan tetapi, bisa menjadi ladang pahala lebih apabila seluruh daging kurban disedekahkan ke orang-orang yang membutuhkan.

Orang yang melaksanakan kurban tidak boleh memberi daging kurbannya kepada tetangga dalam bentuk olahan atau sudah dimasak. Melainkan harus dengan kondisi mentah.

Seluruh bagian hewan kurban yakni daging, bulu, tulang, kepala, kulit, sampai jeroan, haram hukumnya untuk diperjualbelikan kepada siapapun.

 

Mampu Tapi Tidak Berqurban.?

Dalam sabda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam yang berbunyi:

“Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berqurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah (3123), Ahmad (2/321), al-Hakim (4/349), ad-Daruquthni (4/285), al-Baihaqi (9/260).

Dalam hadis tersebut seakan memberikan ancaman kepada umat Muslim yang telah mampu secara finansial namun tidak mau melakukan qurban secara sengaja.

Menurut pendapat dari sejumlah ulama menjelaskan terkait hadis tersebut bahwa orang yang tidak berkurban yang padahal ia mampu, maka orang tersebut dilarang mendatangi tempat shalat Idul Adha. Sementara sebagian ulama yang lain menjelaskan bahwa hadits ini menunjukkan bahwa orang yang tidak berkurban padahal ia mampu maka orang tersebut berdosa.

 

Dalam surah Al-Kautsar ayat kedua Allah SWT berfirman:

Artinya: Maka shalatlah kamu untuk Rabbmu dan sembelihlah hewan kurban (QS. Al Kautsar: 2)`

Dari firman Allah tersebut, kata wanhar merupakan fi’il amar yang bersifat perintah yang memiliki konsekuensi hukum wajib atau minimal sunnat. Meskipun status wajibnya kurban bagi yang berkemampuan masih bersifat khilafiyah (ada yang mewajibkan bagi yang mampu, ada yang menyatakan sunnah mu’akkadah), banyak ulama menjelaskan bahwa menyembelih hewan kurban lebih utama dibandingkan sedekah meskipun nilai uang yang dikeluarkan dalam sadaqah sama dengan nilai uang yang dikeluarkan untuk ibadah kurban.

6 Ibadah dan Amalan yang Pahalanya Dilipatgandakan

6 Ibadah dan Amalan yang Pahalanya Dilipatgandakan

Bulan ramadhan merupakan bulan yang suci. Bulan ramadhan identik dengan bulan untuk memperbanyak ibadah dan amal kebaikan. Selama bulan ramadhan, Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda kepada setiap umatnya yang melakukan berbagai amal kebaikan selama ramadhan. Hal ii telah dijelaskan di dalam sbeuah hadis yang berbunyi “Dari Abi Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: ‘Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan, satu kebajikan dilipatgandakan menjadi 10 sampai 700 kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa karena puasa adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang membalasnya. Dia meninggalkan kesenangan sahwatnya dan makannya karena-Ku,” (HR Muslim).

 

6 Ibadah dan Amalan yang Pahalanya Dilipatgandakan

Setiap amal ibadha atau amal kebaikan yang dilakukan selama ramadhan akan diganjaran dengan pahala yang belripat ganda, namun ada beberapa amal ibadah yang snagat dianjurkan untuk dilakukan selama ramahdan. Apa saja itu.? Berikut beberapa diantaranya.

 

1. Berpuasa

Selain salat lima waktu, ibadah bulan Ramadan paling utama dan hukumnya wajib adalah berpuasa. Rasulullah SAW besabda: “Barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berpuasa tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus saja, namun kita juga harus menjaga diri dari berbagai macam hal yang dapat merusak puasa seperti misalnya perbuatan maksiat. 

 

2. Membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an juga diturunkan pada bulan Ramadan. Kesadaran membaca Alquran tertera jelas pada salah satu firman Allah SWT: “Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu, serta pembeda antara yang hak dan batil.” (QS. Al-Baqarah: 185).

 

3. Salat malam

Salat sunah pada saat bulan Ramadan yang dianjurkan Rasulullah SAW bukan hanya Tarawih dan Witir, tetapi juga salat Tahajud. Salat Tarawih yang dilaksanakan hanya pada bulan Ramadan ini memiliki keutamaan, yakni rahmat, maghfirah atau pengampunan dosa, serta pembebasan dari api neraka.

 

4. Memberi makan orang berbuka

Memberi makan saat berbuka bagi orang yang berpuasa sangat dianjurkan karena balasannya sangat besar sebesar pahala orang yang diberi makan itu tanpa dikurangi. Bahkan meski hanya mampu memberi sabutir kurma atau seteguk air putih saja. Tapi lebih utama bila dapat memberi makanan yang cuup dan bisa mengenyangkan perutnya. Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: “Siapa yang memberi makan (saat berbuka) untuk orang yang puasa, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang diberi makannya itu tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya. (HR At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaemah). 

 

5. Memperbanyak Sedekah

Termasuk di antaranya adalah memberi keluasan belanja pada keluarga, berbuat ihsan kepada famili dan kerabat serta memperbanyak shadaqah. Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus dalam kebajikan. Dan menjadi paling baik saat bulan Ramadhan ketika Jibril as. mendatanginya, seperti dalam hadits berikut: Adalah Rasulullah SAW orang yang sangat murah dengan sumbangan. Dan saat beliau paling bermurah adalah di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. (HR Bukhari dan Muslim) 

 

6. Melakukan Umrah

Umrah yang dilakukan di bulan Ramadhan adalah sangat utama, bahkan bisa menyamai ibadah haji yang dilakukan di selain bulan Ramadhan. Ini sebagaimana riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas yang disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda:

 Bila datang bulan Ramadhan, maka lakukanlah umrah. Karena umrah di bulan Ramadhan itu (pahalanya) menyamai haji. (HR. Bukhari dan Muslim). Para ulama hadits menyatakan maksud setara dengan ibadah haji adalah pahala umrahnya. Bukan berarti melaksanakan umrah di Bulan Ramadhan kedudukannya sama dengan ibadah haji yang merupakan ibadah wajib bagi mereka yang mampu menjalankannya dan masuk dalam rukun Islam kelima. Sedangkan umrah hukumnya sunnah.

Apa yang dilakukan umat Islam saat Hari Raya Idul Fitri?

Apa yang dilakukan umat Islam saat Hari Raya Idul Fitri?

Seluruh umat Muslim di dunia dan termasuk Indonesia akan merayakan hari raya idul fitri selepas berpuasa selama sebulan penuh. Hari raya idul fitri tidak hanya dimaknai sebagai hari kemenangan saja namun hari raya idul fitri juga ditandai dengan hari saling bermaaf maafan saat usama lain, bersilahturahmi sesama keluarga, kerabat, teman dan orang terdekat lainnya.

Hari raya idul fitri juga disebut dengan hari kebahagiaan yang memang karena pada hari raya idul fitri menjadi hari yang spesial bagi umat Muslim. Maka tidak heran ketika menjelang hari raya Idul Fitri, Umat Muslim akan melakukan 

 

Hari raya Idul Fitri selalu disambut dengan kebahagiaan karena merupakan hari spesial bagi umat Islam. Tak heran banyak persiapan yang dilakukan umat Islam jelang hari raya Idul Fitri. Bukan hanya membuat makanan yang enak dan mengenakan pakaian terbaik, tetapi juga melaksanakan amalan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Menjalankan amalan yang dianjurkan Nabi, dipercaya dapat membuat ibadah terasa lebih berkah dan bermakna.

 

Apa yang dilakukan umat Islam saat Hari Raya Idul Fitri?

Adapun amalan di hari raya Idul Fitri tersebut selain membaca takbir juga ada mandi, berhias diri hingga makan sebelum sholat Idul Fitri. Berikut 6 amalan di hari raya Idul Fitri sesuai anjuran Nabi

 

Melantunkan Takbir

Amalan di hari raya Idul Fitri yang pertama adalah melantunkan takbir dimulai dari terbenamnya matahari malam Idul Fitri hingga imam hendak shalat hari raya. Di dalam Al Adzkar (h. 155, Surabaya: al Hidayah, 1955) karya Imam an Nawawi disebutkan bahwa takbir–takbir tersebut sunah dilantunkan setelah melaksanakan shalat-shalat atau dalam keadaan lainnya, seperti di tengah keramaian manusia. Disunahkan pula dilantunkan baik dalam keadaan berjalan, duduk, atau berbaring. Baik berada di jalan, masjid, atau di atas tempat tidur.

 

Mandi dan Berhias Diri

Amalan di hari raya Idul Fitri berikutnya adalah mandi dan berhias diri sebelum pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Dasarnya adalah hadis riwayat Imam Malik di dalam kitab Muwatha’ berikut ini:

“Bahwasanya Abdullah bin Umar ra. selalu mandi di hari Idul Fitri sebelum ia berangkat ke musala”.

Adapun niat mandi sunah Idul Fitri yaitu berikut ini:

Nawaitul ghusla sunnatan li ‘idil fithri lillahi ta’ala.

Artinya, “Saya niat mandi sunah untuk Idul Fitri karena Allah ta’ala”.

Sementara untuk waktu pelaksanaannya sendiri bisa dilakukan mulai dari pertengahan malam Idul Fitri. Selain mandi, disunahkan juga untuk membersihkan diri dan memakai pakaian terbaik yang dimilikinya, juga memakai wewangian dan bersiwak.

 

Makan Sebelum Sholat Idul Fitri

Amalan di hari raya Idul Fitri yang lainnya dengan makan terlebih dahulu sebelum keluar untuk melaksanakan shalat Idul Fitri. Dari Ibnu Baridah dari bapaknya ra ia berkata:

“Rasulullah SAW, tidak akan keluar dari hari raya fitri sebelum beliau makan, dan beliau tidak akan makan dulu di hari raya Adha sebelum beliau shalat (terlebih dahulu). HR Ahmad dan al Tirmidzi dan di shahihkan oleh Imam Ibn Hibban).

 

Memilih Jalan yang Berbeda Saat Pergi dan Pulang dari Masjid

Bukan hanya makan sebelum sholat Idul Fitri, amalan lainnya juga berlaku untuk jalan yang kamu pilih untuk pergi dan pulang dari masjid. Amalan satu ini dianjurkan untuk memilih jalan yang berbeda antara pergi ke masjid dan pulang dari masjid. Sebagaimana hal ini telah diinformasikan dari sahabat Jabir seperti berikut ini, “Nabi SAW ketika hari raya mengambil jalan yang berbeda (antara pergi dan pulangnya).” HR Al Bukhari.

Dengan memilih jalan yang berbeda antara berangkat ke masjid dan pulang dari masjid untuk melaksanakan shalat hari raya, dimaksudkan untuk membagi kebahagiaan kepada orang-orang lain ketika di jalan dengan senyum dan salam. Selain itu, untuk syiar Islam dan sebagai ajang silahturahmi antar kerabat dan yang lainnya.

 

Sholat Sunnah Dua Rakaat

Kemudian, setibanya di tempat ibadah atau masjid bisa melaksanakan shalat sunah dua rakaat dengan tanpa azan dan iqamat. Shalat sunah ini bisa dilakukan dengan berjemaah atau sendirian. Dan sunah juga bagi orang yang bepergian. Dasarnya adalah hadis Nabi SAW, dari Ibn Abbas ra:

“Bahwasanya Nabi SAW shalat haru raya dua rakaat, beliau tidak shalat sebelumnya dan setelahnya”. (HR Imam Tujuh, al Bukhari, Muslim, Abu Daud, al Tirmidzi, al Nasa’i, Ibn Majah dan Ahmad).

Saat melaksanakan shalat sunah tersebut, membaca surah Qaf di rakaat pertama dan surah Iqtarabatis Sa’ah di rakaat kedua. Dari Abi Waqid al laitsi ia berkata:

“Rasulullah SAW membaca surah Qaf dan Iqatarabat ketika shalat Idul Fitri dan Adha”.

9 Keutamaan Hari Raya Idul Fitri yang Harus Anda Ketahui

9 Keutamaan Hari Raya Idul Fitri yang Harus Anda Ketahui

Hari raya Idul Fitri merupakan hari raya terbesar bagi umat Muslim. Idul fitri sendiri dirayakan selepas puasa ramadhan yang dilaksanakan sebulan penuh. Hari raya Idul fitri sendiri dirayakan dengan shalat ied secara berjamaah yang setelahnya biasanya diisi dengan acara silahrturahmi antar sesama keluarga, kerabat dan orang terdekat lainnya. Ketika bersilaturahmi, setiap orang biasanya akan bersalam salaman sebagai bentuk saling bermaaf maafan atas setiap kesalahan yang pernah terjadi di masa lalu.

 

Keutamaan Shalat Idul Fitri

Ada banyak hal yang dapat dipetik dari perayaan hari raya idul fitri sebagai bentuk keutamaannya. Berikut beberapa hikmah Idul Fitri, diantaranya:

 

1. Hari Kemenangan Umat Islam

Salah satu keutamaan dari Idul Fitri adalah sebagai hari kemenangan Umat Muslim. Idul fitri menjadi salah satu momen dimana kita bisa merasakan betapa kuatnya ukhuwah antara saudara seiman. Setelah pelaksanaan sholat Idul Fitri, kita bisa merayakan kebersamaan dengan keluarga, saling silaturahmi, dan menebar kebaikan lainnya. Kebersamaan ini adalah moment yang harus kita syukuri, maka dari itu mari kita merayakan hari kemenangan itu dengan kegembiraan.

 

2. Ajang Saling Memaafkan

Seperti yang telah disebut sebelumnya bahwa idul fitri diwarnai dengan saling bermaaf maafan antar satu sama lainnya. Nah mungkin bagi anda yang sedang mencari momen yang tepat untuk meminta maaf kepada seseorang yang mungkin saja ada suatu kesalahan baik disengaja maupun tidak, maka dapat memanfaatkan momen idul fitri. Ketika idul fitri, hati umat Muslim biasanya akan lebih terbuka sehingga akan lebih mudah untuk memaafkan setiap orang atas segala kesalahan yang pernah diperbuat.

 

3. Menujukkan Kekuatan dan Ukhuwah Islamiah

Karena hukum dasar dari shalat Idul Fitri adalah Sunnah Muakkad atau Fardhu Kifayah, maka ini mengakibatkan ummat terdorong untuk bisa melaksanakannya. Rasanya ketika hari itu tiba, ada dorongan pada jiwa dan hati nurani tentang persaudaraan yang saling mengikat.  

Ukhuwah adalah salah satu pondasi besar umat islam, ketika sudah tidak ada lagi rasa kepedulian terhadap sesama (Individualisme). Tentu, ini dapat membuat kita (umat islam) terombang ambing. Makanya, persatuan umat ini wajib kita pahami dan laksanakan.

Keutamaan sholat idul fitri membuat kita makin dekat satu sama lain, ketika sudah berpuasa sebulan penuh yang membentuk efek ukhuwah pada diri kita. Hal tersebut menandakan bahwa, kita ini umat yang kuat dan besar.

Jika satu bagian tubuh yang sakit, maka bagian tubuh yang lain juga merasakannya. Kita wajib seperti itu, sehingga kelak umat islam bisa kembali berjaya dan mendorong kebangkitannya bersama umat yang sadar akan ketakwaan.

 

4. Mengajarkan Tentang Kepedulian

Tidak hanya saat merayakan idul adha saja, namun idul fitri juga mengajarkan kita atas senantiasa untuk selalu peduli antar satu sama lainnya. Karekter atas diri yang selalu simpati dan empati, telah banyak nampak pada bulan ramadhan. Apa lagi jika selesai melaksanakan sholat Idul Fitri.

 

5. Shalat Berjamaah

Ketika merayakan hari raya idul fitri biasanya kita akan melaksanakan shalat berjamaah, dan kita tau bahwa pelaksanaan shalat berjamaah memiliki pahala yang luar biasa dari Allah. Hal ini yang menunjukkan keharusan kita dalam terus menerus mendaapatkan kebersamaan dalam shalat.

Berbeda dengan shalat berjamaah pada hari biasanya, shalat berjamaah idul fitri biasanya akan dilaksanakan di tempat yang luas yang dimana tempat berkumpulnya umat Muslim dalam satu daerah sehingga kemeeriahannyapun akan lebih terasa.

 

6. Mengagungkan Asma Allah

Ketika kita akan senantiasa mengucapkan asma Allah dengan berulang ulang, baik pada saat takbiratul ikhram, syikir, dan doa padanya. Pastinya ketika kita senantiasa membesarkan namamya, tentu akan mendapat pahala yang besar.

Saat kamu merasa jarang mengagumkan namanya, mungkin sholat Idul Fitri bisa menjadi kesempatan besar untuk kembali kepadanya, mengigat akan kebesarannya dan mengharap ridho darinya.

 

7. Silaturahmi Sesama Muslim

Ketika hari raya idul fitri sesama Muslim biasanya akan saling mengunjungi satu sama lainnya dan bahkan tidak jarnag ketika menjelang hari raya, keluarga besar akan berkumpul dan menikmati kemeriahan hari raya idul fitri.

 

8. Mendengar Nasehat Agama

Manfaat Sholat Idul Fitri selanjutnya adalah, ketika sehabis sholat aid pasti ada yang memberi khutbah, sehingga ini membuat kita lebih semangat dalam beribadah.

Agama islam adalah solusi atas setiap persoalan yang ada, maka ketika kita punya masalah. Yang bisa menjadi penyelesaianya adalah aturan Allah. Makanya, kita wajib untuk selalu mendengar nasehat untuk meningkatkan iman dan takwa kita. 

 

9. Membentuk Rasa Syukur

Keutamaan sholat Idul Fitri Selanjutnya adalah membentuk rasa syukur kita pada Allah. Tentu, kita akan sangat bersyukur telah dipertemukan pada bulan suci ramadhan, dimana pada bulan tersebut memiliki banyak keistimewaan dan sangat rugi jika kita tidak mendapatinya.

Ketika kita bertemu dengan keluarga dan saling memaafkan satu sama lain, ini juga satu kesyukuran yang luar biasa. Maka dari itu, perbanyaklah bersyukur atas segala macam nikmat yang Allah beri pada kita.

Niat Puasa Senin Kamis dan Qadha Ramadan

Niat Puasa Senin Kamis dan Qadha Ramadan

Puasa senin kamis merupakan puasa yang memiliki keutamaan yang diantaranya adalah sebagai ibadah yang selalu dilakukan oleh Rasulullah. Hal ini disebutkan dalam hadis Siti ‘Aisyah radhiyallu ‘anha yang artinya: “Nabi  selalu menjaga puasa Senin dan Kamis” (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Hari ini hari Kamis, dimana ada kesunahan berpuasa. Puasa pada hari ini identik dengan puasa di hari lain yakni hari Senin sehingga sering disebut sebagai puasa Senin-Kamis. Puasa Senin-Kamis merupakan puasa yang memiliki keutamaan di antaranya adalah sebagai ibadah yang selalu dilakukan oleh Rasulullah. Hal ini disebutkan dalam hadits dari Siti ‘Aisyah radhiyallu ‘anha yang artinya: “Nabi selalu menjaga puasa Senin dan Kamis” (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Keutamaan lain dari menunaian ibadah puas asenin kamis adalah bersamaan dengan diserahkannya amal manusia. Tentu akan ada kelebihan tersendiri apabila ketika amal kita diserahkan, kita dalam keadaan sedang berpuasa. Hari senin dan kamis juga menjadi hari yang dipercaya dibukanya pintu surga sehingga doa hamba yang tidak menyekutukan Allah akan diampuni.

Di hari senin juga menjadi hari dimana ahir dan wafatnya Rasulullah SAW yang diterangkan dalam sebuah hadits riwayat Muslim yang artinya: “Nabi ditanya soal puasa pada hari Senin, beliau menjawab, ‘Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”.

Menunaikan puasa senin kamis juga sama halnya dengan menjalankan puasa pada umumnya yang dimana kaan dimulai dari sejak terbit hingga terbenamnya matahari. Cara menjalankannya pun sama saja yang dimana kita diwajibkan untuk menahan diri atas berbagai macam hal yang dapat merusak amal puasa misalnya seperti makan, minum, ghibah, maksiat dan lain sebagainya. Waktu pelaksanaan puasa Senin-Kamis bisa kapan saja, kecuali pada hari-hari diharamkan puasa.

Ada beberapa hari yang diharamkan untuk berpuasa, yaitu pada hari raya Idul Fitri (1 Syawal), hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah), hari tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijjah), separuh terakhir dari bulan Sya’ban, dan hari yang diragukan (30 Sya’ban, saat orang telah membicarakan ru’yatul hilal atau ada kesaksian orang melihat hilal yang tidak bisa diterima, seperti kesaksian seorang anak kecil).

Penting dicatat, bagi orang yang sudah menjadi kebiasaan berpuasa Senin-Kamis, dan kebetulan memasuki separuh terakhir dari bulan Sya’ban, maka tidak ada larangan untuk melanjutkan puasanya. Hal ini berdasarkan hadits Nabi yang artinya: “Janganlah seseorang di antara engkau semua itu mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari -sebelumnya-, kecuali kalau seseorang itu -sudah- biasa berpuasa tepat -pada- hari puasanya, maka hendaklah ia berpuasa pada hari itu.” (Muttafaq ‘alaih).

 

Lafal niat puasa pada hari Senin adalah:

awaitu shauma yaumil itsnaini lillâhi ta‘âlâ. Artinya: “Aku berniat puasa sunah hari Senin karena Allah ta‘âlâ.”

 

Sementara lafal niat puasa pada hari Kamis adalah: 

Nawaitu shauma yaumil khamîsi lillâhi ta‘âlâ. Artinya, “Aku berniat puasa sunah hari Kamis karena Allah ta‘âlâ.” Sementara itu, mereka yang meninggalkan puasa di bulan Ramadan harus mengganti puasa wajib tersebut di luar bulan Ramadhan. Mereka yang mengqadha puasa Ramadhan juga wajib memasang niat puasa qadhanya di malam hari, setidaknya menurut Mazhab Syafi’i.

Adapun berikut ini adalah lafal niat qadha puasa Ramadan: Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ. Artinya, “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”