Apa Hikmah yang Didapat Dari Tidak Mencukur Rambut dan Memotong Kuku?

Apa Hikmah yang Didapat Dari Tidak Mencukur Rambut dan Memotong Kuku?

Salah satu hal yang dianjurkan untuk dilakukan bagi umat Muslim yag akan berkurban adalah tidak memotong kuku dan rambut. Sebagaimana Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

”Apabila engkau telah memasuki sepuluh hari pertama (bulan Dzulhijjah) sedangkan diantara kalian ingin berkurban maka janganlah dia menyentuh (memotong) sedikitpun bagian dari rambut dan kukunya.” (HR. Muslim)

 

Hikmah yang Didapat Dari Tidak Mencukur Rambut dan Memotong Kuku

Tidak diragukan lagi bahwa segala larangan dari Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam pasti mengandung hikmah. Demikian juga perintah terhadap sesuatu adalah hikmah, hal ini cukuplah menjadi keyakinan setiap orang yang beriman.

 

Allah Ta’ala berfirman,

Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukumi (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. an-Nur: 51)

 

Hikmah dari Melaksankan Qurban

Belajar ikhlas

Dari Aisyah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).

 

Amalan paling utama di Idul Adha

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

 “Tidak ada amal yang lebih utama pada hari-hari (tasyriq) ini selain berqurban.” Para sahabat berkata, “Tidak juga jihad?” Beliau menjawab: “Tidak juga jihad. Kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya dengan mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), lalu dia tidak kembali lagi” (HR Bukhari dari Ibnu Abbas).

 

Bukti syukur kepada Allah SWT

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” [QS: Al Hajj : 34]

 

Mendapat pahala berlipat ganda

Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka bertanya, “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Itulah beberapa keutamaan ibadah qurban yang dapat memotivasi seorang Muslim untuk bisa segera berqurban. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Apa Yang Dimaksud dengan Hari Nahr?

Apa Yang Dimaksud dengan Hari Nahr?

Hari Nahr merupakan Istilah lain yang diberikan pada hari raya Idul Adha. Hari raya Idul Adha sendiri biasa disebut dengan hari raya Qurban, lebaran haji dan juga dengan hari Nahr. Pada hari ini umat Muslim yang sudah mampu akan menunaikan ibadah haji, sedangkan bagi yang belum mampu dianjurkan untuk melaksanakan Qurban (bagi yang sudah mampu secara finansial). 

Daging dari hewan Qurban sendiri akan dibagikan secara gratis kepada orang orang yang membutuhkannya dan dilarang untuk diperjual belikan.

 

Berikut dalil tentang Qurban dalam Al Quran: 

1. Berqurban Bentuk Keikhlasan

Setelah diperintahkan melaksanakan shalat fardhu dan sunnah, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya yang beriman untuk berqurban dengan penuh keikhlasan. Allah SWT berfirman:

 Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. (Al-Kautsar: 2) Yakni sebagaimana Kami telah memberimu kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat, antara lain ialah sebuah sungai yang sifat-sifatnya telah disebutkan di atas; maka kerjakanlah salat fardu dan salat sunatmu dengan ikhlas karena Allah dan juga dalam semua gerakmu. Sembahlah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan sembelihlah korbanmu dengan menyebut nama-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya. 

 

2. Berqurban Bentuk Bersyukur

Dan telah Kami jadikan untuk kalian unta-unta itu sebagian dari syiar Allah, kalian memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah oleh kalian nama Allah ketika kalian menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kalian, mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS. Al hajj: 36) 

 

3. Qurban Sebagai Bentuk Ketakwaan

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menurunkannya untuk kalian supaya kalian mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kalian. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al hajj: 37) 

 

4. Mengagungkan Syiar Allah 

Ibadah Qurban juga merupakan bentuk mengagungkan syiar agama Allah SWT.

Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. Bagi kalian pada binatang-binatang hadyu itu ada beberapa manfaat, sampai kepada waktu yang ditentukan, kemudian tempat wajib (serta akhir masa) menyembelihnya ialah setelah sampai ke Baitul ‘Atiq (Baitullah). (QS. Al-Hajj: 32). 

 

5. Mendapat Ridha Allah SWT 

Dalil tentang Qurban berikutnya disebutkan dalam Surat Al Hajj ayat 28. Allah SWT berfirman:

Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah Allah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. (QS. Al hajj: 28) 

Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: 

supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka. (Al-Hajj: 28) Yakni manfaat untuk dunia dan akhirat mereka. Manfaat akhirat bagi mereka ialah mendapat ridha dari Allah SWT. Sedangkan manfaat dunia ialah  apa yang mereka peroleh dari hewan kurban dan perniagaan. 

Mengapa Pada Tanggal 10 Dzulhijjah Disebut Sebagai Yaumul Nahr?

Mengapa Pada Tanggal 10 Dzulhijjah Disebut Sebagai Yaumul Nahr?

10 Dzulhijjah merupakan hari besar kedua bagi umat Muslim. Setiap tanggal 10 Dzulhijjah, umat Muslim akan merayakan hari raya Idul Adha atau juga yang biasa disebut dengan istilah yaumul Nahr atau hari raya Qurban.

Setiap tanggal 10 Dzulhijjah umat Muslim akan merayakan hari raya Idul Adha yang ditandai dengan Shalat Berjamaah dan setelahnya umat Muslim biasanya akan menggelar kegiatan Penyembelihan hewan ternak atau Qurban.

Hewan hewan yang akan dijadikan sebagai hewan Quran tentu bukanlah hewan hewan yang sembarangan. Diriwayatkan dari Al-Barra, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

Ada empat macam hewan yang tidak boleh dipakai untuk kurban, yaitu: Hewan yang buta, yang jelas butanya; hewan yang sakit, yang jelas parah sakitnya; hewan yang pincang, yang jelas pincangnya; dan hewan yang patah tulang kakinya, tak dapat disembuhkan. 

Hadits riwayat Imam Ahmad dan ahlus sunan, dinilai shahih oleh Imam Turmuzi. Aib atau cela yang telah disebutkan dalam hadis di atas menjadikan hewan tersebut tidak cukup untuk kurban. Tetapi jika aib atau cela tersebut terjadi sesudah hewan ditentukan untuk jadi kurban, maka tidak mengapa untuk dikurbankan.

 

Berikut syarat hewan qurban yang dianjurkan Rasulullah SAW

1. Termasuk Al-An’am atau Hewan Ternak 

Yang dimaksud dengan al-an’am adalah hewan ternak seperti unta, sapi dan kambing. Sedangkan unggas seperti ayam, itik, bebek, angsa, kelinci dan sejenisnya, tidak termasuk al-an’am. Dalilnya adalah firman Allah SWT :

Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka. (QS. Al-Hajj : 34) 

 

2. Tsaniyah

Hewan yang telah mengalami salah giginya copot maka disebut dengan tsaniyyah. Gigi yang dimaksud dalam hal ini adalah gigi bagian depan yaitu 2 gigi bagian atas dan 2 gigi bagian bawahnya.

Dari Jabir RA, beliau berkata, Rasulullah SAW. bersabda: “Janganlah kalian menyembelih hewan qurban, kecuali yang telah musinnah, terkecuali kalian sukar memperolehnya, maka sembelihlah domba yang jadza’ah.” (HR Muslim).

 

Maka ternak diijinkan untuk menjadi hewan qurban apabila ia telah dewasa sempurna dan berganti minimal sepasang gigi serinya tanggal.

 

3. Tidak Ada Cacat 

Hewan itu tidak boleh yang buta tidak melihat, atau ada cacat parah di matanya, atau picak (aura’). Hewan yang dalam keadaan sakit parah tidak boleh dijadikan hewan sembelihan udhiyah.  Baik yang terpotong itu salah satu kakinya atau lebih dari satu kaki. Demikian juga hewan itu bukan hewan yang terpotong puting susunya atau sudah kering. Juga tidak boleh hewan yang terpotong pantat, ekor, telinga, hidung dan lainnya.

 

 4. Tidak Pincang 

Dari al-Barra bin Azib RA, Rasulullah SAW bersabda, “Ada empat macam hewan yang tidak sah dijadikan hewan Qurban, yaitu: yang (matanya) jelas-jelas buta (picek), yang (fisiknya) jelas-jelas dalam keadaan sakit, yang (kakinya) jelas-jelas pincang, dan yang (badannya) kurus lagi tak berdaging.”(HR. At-Tirmidzi no 1417 dan Abu Dawud no 2420. Hasan sahih).

 

5. Tidak Kurus Kering

Hewan yang kurus kering tinggal tulang belulang saja, tentu sangat tidak layak untuk dijadikan persembahan kepada Allah SWT. Selain itu bila hewan itu kurus kering, dagingnya tentu menjadi sedikit sehingga kurang bisa dijadikan salah satu sumber makanan. 

 

6. Tidak Makan kotoran 

Hewan yang memakan kotoran dan benda-benda yang najis tentu tidak boleh dimakan dagingnya, kecuali setelah mengalami karantina.  Wallahu A’lam

Kapan Hari Tasyrik Itu?

Kapan Hari Tasyrik Itu?

Menurut ahli bahasa dan fikih, hari tasyrik merupakan hari yang jatuh  pada 3 hari setelah Idul Adha yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Dinamakan tasyrik karena di hari-hari tersebut daging-daging qurban didendeng (dipanaskan di bawah terik matahari).

Di hari tasyrik terdapat sejumlah sunnah yang dapat dilaksanakan dan slash satunya seperti yang dianjurkan oleh para ulama adalah takbiran setelah shalat fardhu di hari-hari tasyrik. Selain karena itu bagian dari amal shalih, juga secara praktik ada beberapa sahabat yang sudah melakukannya.

Dalam madzhab Syafi’i, takbir mutlak atau juga disebut takbir mursal, baru dimulai sejak terbenamnya matahari 9 Arafah. Atau tepat di maghrib malam hari raya. Walaupun ada juga sebagian syafi’iyyah yang mengatakan bahwa permulaan takbir mutlak adalah sejak fajar shidiq hari Arafah.

Sementara waktu dari berakhirnya takbir mutlak adalah ketika magrib pada tanggal 13 Dzulhijjah. Sedangkan untuk takbir muqayyad, maka dimulai sejak habis maghrib malam hari raya hingga habis ashar tanggal 13 Dzulhijjah. Dan takbir muqayyad hendaknya dibaca terlebih dahulu sebelum berdzikir rutin setelah shalat fardhu.

 

Amalan-Amalan Hari Tasyrik

Pada hari Tasyrik terdapat sejumlah amalan yang dapat dilaksanakan sebagai umat Muslim, salah satunya sebagai berikut.

1. Menyembelih Hewan Kurban

Menyembelih hewan atau Qurban tidak hanya dapat dilakukan selepas shalat Idul Adha saja namun juga dapat dilakukan ketika hari Tasyrik, sehingga bagi anda yang mungkin tidak sempat melaksnakan Qurban pada hari raya Idul Adha atau 10 Dzulhijjah, maka dapat melaksanakannya pada hari Tasyrik yaitu pada 11 – 13 Dzulhijah

 

2. Menikmati Hidangan Makan dan Minum

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya:

“Hari-hari tasyrik adalah hari menikmati makanan dan minuman,”

Karena hari tasyrik merupakan hari makan dan minum, maka diharamkan untuk berpuasa. Dari riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah mengutus Abdullah bin Hudzaifah untuk mengelilingi Kota Mina dan menyampaikan, “Janganlah kamu berpuasa pada hari ini (tasyrik) karena ia merupakan hari makan, minum, dan berdzikir pada Allah.”

 

3.  Hari Utama Berdzikir dan Bertakbir

Dalam Al Quran, Allah SWT berfirman:

Dan berdzikirlah dengan menyebut nama Allah pada hari yang berbilang. (QS. Al baqarah: 203)

Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan hari-hari yang berbilang ialah hari-hari tasyrik (menjemur dendeng); juga dikenal dengan sebutan hari-hari yang telah diketahui, yaitu hari belasan.

Ikrimah mengatakan yang dimaksud dengan berdzikir ialah bertakbir dalam hari-hari tasyrik sesudah shalat lima waktu, yaitu: Allahu Akbar, Allahu Akbar, allahu Akbar (Allah Mahabesar, Allah Mahabesar).

Zikir merupakan amalan ringan yang dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. ZIkir sebagai cara manusia untuk selalu mengingat Allah SWT. Saat hari tasyrik, zikir dilantunkan pada saat takbiran, membaca tasmiyah (bismillah, dan takbir saat memotong hewan kurban. Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda:

“Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah,” (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i)

 

4. Membaca Doa terutama do’a Sapu Jagad

Adapun doa yang banyak dipanjatkan Nabi SAW saat melakukan wukuf dan hari tasyrik yakni:

Artinya: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka. (Al-Baqarah: 201)

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW selalu memanjatkan doa sapu jagad tersebut; 

Imam Syafii mengatakan dari Abdullah ibnu Saib, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW mengucapkan doa berikut di antara rukun Bani Jumah dan rukun Aswad, yaitu: Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.

Oleh karena itu Perbanyaklah doa di hari tasyrik karena setiap doa dan permohonan ampun akan dikabulkan Allah. Terutama doa yang dapat dipanjatkan adalah doa sapu jagat untuk memohon keselamatan dunia dan akhirat.

Rabbana, atina fid dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, waqina adzaban naar.

Artinya: “Ya Allah, berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Dan jagalah kami dari siksa api neraka.”

Apa Saja Sunah Sunah Dalam Berkurban?

Apa Saja Sunah Sunah Dalam Berkurban?

Idul Adha menjadi hari raya terbesar umat Muslim setelah Idul Fitri. Hari raya Idul Adha dirayakan dengan cara shalat ied secara berjamaah yang biasanya akan dilanjutkan dengan acara Qurban. Acar qurban yang diadakan saat idul adha sebenarnya dapat juga dilaksanakan pada 3 hari selanjutnya yakni pada tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah. 

Melaksanakan ibadah qurban sendiri merupakan bentuk ibadah dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Keutamaan berkurban juga disebutkan dalam hadis riwayat Imam at-Tirmidzi dan imam Ibnu Majah dari Aisyah ra, Rasulullah bersabda:

“Tidaklah seorang anak Adam melakukan pekerjaan yang paling dicintai Allah pada hari nahr kecuali mengalirkan darah (menyembelih hewan kurban). Hewan itu nanti pada hari kiamat akan datang dengan tanduk, rambut dan bulunya. Dan pahala kurban yang menetes pada suatu tempat sebelum menetes ke tanah. Maka hiasilah dirimu dengan ibadah kurban.” (HR.Al-Hakim, Ibnu Majah dan at-Tirmidzi).

 

Apa Saja Sunah Sunah Dalam Berkurban?

Dari keutamaan dalam ber qurban, ternyata ada beberapa sunnah dalam qurban yang perlu untuk kita ketahui. Berikut beberapa sunnah dalam melaksanakan Qurban.

 

1. Berkurban dengan hewan gemuk

Dalam hadis riwayat Imam Ahmad, Al Baihaqi dan Hakim disebutkan bahwa Nabi bersabda;

 “Sesungguhnya kurban yang paling dicintai Allah adalah hewan paling mahal dan paling gemuk.”

Berkurban dengan hewan yang paling bagus dan gemuk juga memiliki daging yang banyak merupakan sunnah dan sangat dianjurkan oleh Rasulullah.

 

2. Tidak memotong rambut dan kuku

Umat Muslim yang akan melaksanakan ibadah Qurban, disunnahkan agar tidak memotong kuku atau rambutnya yang dimulai sejak awal bulan Dzulhijjah hingga selesai waktu menyembelih hewan kurban. Nabi bersabda :

“Jika masuk bulan Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin menyembelih kurban, maka hendaklah ia tidak memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya.” (H.R. Muslim)

 

3. Menyembelih sendiri atau menyaksikan langsung

Disunnahkan bagi yang hendak berqurban untuk menyaksikan hewan yang diqurbankan disembelih. Rasulullah bersabda : “Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa-dosa yang kamu lakukan. Dan bacalah: Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah SWT, Rabb alam semesta”. (HR. Abu Daud 2810 dan At-Tirmizi 1521)

Namun bagi yang tidak sanggup untuk menyaksikannya secara langsung maka diperbolehkan untuk dilakukan oleh orang lain atau tidak menyaksikan penyembelihannya.

 

4. Membaca Basmalah dan Dzikir

Membaca basmalah dan berdzikir kepada Allah SWT saat dengan menyembelih hewan kurban merupakan sunah yang sangat dianjurkan. Allah Swt berfirman dalam surat Al-Haj : 36 :ketika menjelaskan tentang berkurban: “Sebutlah nama Allah ketika menyembelihnya”

 

5. Menyantap daging kurban

Dalam surat QS. Al-Hajj: 28, Allah Swt berfirman :

 “Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.”

Dan dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha- dengan lafadz: “Makan, simpan dan bersedekahlah kalian (dari kurban kalian).” (HR. Muslim: 1971).

 

6. Penyembelihan di hari Idul Adha

Hadits dari Al-Barra bin ‘Azib bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya yang kita mulai pertama kali pada hari (‘Idul Adha) ini adalah sholat, kemudian kita pulang lalu menyembelih qurban.” (HR Bukhori: 5545 dan Muslim: 1961).

Lebih Utama Mana Berkurban atau Sedekah Kepada yang Membutuhkan?

Lebih Utama Mana Berkurban atau Sedekah Kepada yang Membutuhkan?

Secara umum, antara sedekah dan qurban sama sama memberi, sehingga banyak yang beranggapan bahwa keduanya sama saja. Namun dalam Islam keduanya tentu berbeda.meskipun keduanya sama sama memberi kepada yang membutuhkan namun berkurban lebih utama dibandingkan dengan sedekah. 

Menurut Ibnu Qayyim berkata, “Menyembelih pada waktunya lebih utama daripada sedekah dengan harganya, sekalipun dengan jumlah sedekah yang lebih besar daripada harga kurban, karena penyembelihan dan mengalirkan darah itu sendiri menjadi sasaran, ia adalah ibadah yang disandingkan dengan shalat.”

Dalam firman Allah dalam QS. Al-Kutsar ayat 2 yang artinya, “Maka shalatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah.

 

Alasan qurban lebih utama:

  1. Qurban ibadah yang dilakukan khusus pada tanggal 10 Dzulhijjah saja. Sedangkan,sedekah tidak dibatasi harinya.
  2. Qurban termasuk ke dalam satu sunnah Nabi SAW.
  3. Perbedaan hukum dikalangan ulama, yang Sebagian besar mewajibkan untuk berqurban.

Qurban di tahun di tahun ini mungkin masih terasa sulit bagi sejumlah kalangan. Mengingat dampak pandemi belum begitu mengembalikan sektor okonomi masyarakat, maka banyak diantara kita yang mungkin merasa khawatir untuk melaksankan qurban dengan alasan khawatir dengan sistem keuangan ke depannya tiak mencukupi. Namun perlu untuk dikethaui bahwa, ber qurban atau bersedekah di masa sulit jauh lebih mulia diandingkan dengan bersedekah di saat banyak harta. Ini telah dijelaskan di dalam sabda Rasulullah SAW, ketika beliau ditanya, “Sedekah bagaimanakah yang paling utama?”, beliau menjawab, “Engkau bersedekah di saat kamu dalam keadaan sehat dan cinta harta, banyak keinginan dan takut miskin. Serta tidak menangguhkannya sampai nyawa di kerongkongan, kemudian mengatakan, “Ini untuk si fulan, dan itu untuk si fulan”. Padahal memang itu sudah jatah si fulan dan si fulan).” (mutafaq alaih).

 

Keutamaan Qurban

Meningkatkan Ketakwaan

Keutamaan berkurban Idul Adha seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Keutamaan berkurban Idul Adha ini seperti yang tercantum dalam QS. Al Maidah ayat 27 yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertaqwa.”

 

Menambah Amal Kebaikan

Selain sebagai upaya untuk meningkatkan takwa kepada Allah, salah satu keutamaan berkurban Iduladha yang penting untuk diketahui dapat menambah amal kebaikan untuk bekal di kehidupan akhirat. Dalam keutamaan berkurban Iduladha ini, Allah akan memberikan pahala yang berlipat-lipat bagi setiap umat Muslim yang menggunakan sebagian hartanya untuk berkuban. Pada HR Ahmad dan Ibnu Majah dikatakan, “Pada setiap lembar bulunya itu kita memperoleh satu kebaikan.”

“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah. Sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya dan bulunya. Sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.” (HR Ibnu Majah)

 

Sebagai Syiar Agama

Hal keutamaan berkurban Idul Adha tersebut seperti yang tercantum dalam QS Al Hajj ayat 34 yaitu, “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).”

Niat Mandi Besar Dan Langkah Langkahnya?

Niat Mandi Besar Dan Langkah Langkahnya?

Mandi besar, mandi bersih atau mandi junub merupakan cara yang diajarkan dalam Islam untuk mensucikan diri atas hadas besar. Ada berbagai kondisi yang menyebabkan timbulnya hadas besar di dalam tubuh antara lain seperti

  1. Keluar darah bagi perempuan, berupa haid (darah yang keluar setiap bulan), nifas (darah yang keluar setelah melahirkan), maupun wiladah (darah yang keluar ketika melahirkan)
  2. Keluar air mani, baik disebabkan karena mimpi basah atau sebab lain
  3. Hubungan suami istri (Jima’), baik yang keluar mani atau pun tidak. Sebagaimana sesuai dengan sabda Rasulullah SAW,

Artinya: “Bila seorang lelaki duduk di antara empat potongan tubuh wanita (dua tangan dan dua kaki) dan tempat khitan (laki-laki) bertemu tempat khitan (wanita) maka sungguh wajib mandi meskipun tidak keluar mani,” (HR Muslim).

  1. Meninggal dunia. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi sebagai berikut,

Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda tentang orang yang meninggal karena terjatuh dari kendaraannya, mandikanlah dengan air dan bidara dan kafanilah dua kainnya,” (HR Bukhari dan Muslim).

Bagi setiap orang yang berada pada kondisi tersebut wajib baginya untuk melakukan mandi besar atau mandi junub.

 

Niat Mandi Besar Dan Langkah Langkahnya

Niat Doa Mandi Junub atau Wajib

 “BISMILLAHIRAHMANIRAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAL JANABATI FARDLON LILLAHI TA’ALA.” 

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari jinabah, fardlu karena Allah Ta’ala.” 

Jika hadas besar pada perempuan disebabkan oleh keluarnya darah dari organ intim setelah melahirkan atau nifas, maka doa niat mandi junub yang harus dibaca adalah sebagai berikut: 

“BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITU GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAN NIFASI FARDLON LILLAHI TA’ALA.” 

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari nifas, fardlu karena Allah Ta’ala.”

 

Langkah Langkah Mandi Junub

Setelah mengucapkan niat dari mandi junub, maka mandi sudah dapat dilanjutkan dengan beberapa langkah dan cara berikut.

 

1. Mencuci kedua tangan

Setelah membaca niat dan doa mandi junub dalam hati, mulailah dengan mencuci kedua tangan tiga kali seperti berwudhu. Tujuannya tentu membersihkan diri dari najis.

 

2. Membersihkan bagian intim

Bersihkan bagian intim yang dianggap ‘kotor’, baik setelah haid, nifas, maupun usai berhubungan seks.

 

3. Cuci tangan kembali

Usai membersihkan bagian intim maka basuh tangan kembali menggunakan sabun agar memastikannya sudah benar-benar bersih.

 

4. Lakukan gerakan wudhu

Bersihkan tubuh seperti hendak berwudhu, mulai dari membasuh tangan, kepala, sampai kaki. Lakukan masing-masing sebanyak tiga kali.

 

5. Basahi kepala

Siram kepala dengan air sebanyak tiga kali hingga ke pangkal rambut. Pastikan semuanya tersiram air dan gunakan shampo agar semakin bersih. 

Untuk wanita sunah hukumnya memisah-misahkan rambut dengan jari-jari tangan. Menyela-nyela rambut dengan jari tangan wajib dilakukan pria.

 

6. Basahi seluruh tubuh

Basahi seluruh tubuh dengan air mulai dari sisi kanan terlebih dahulu. Kemudian lanjut sisi yang kiri setelah kanan selesai.

Apakah Perempuan Juga Mandi Junub?

Apakah Perempuan Juga Mandi Junub?

Mandi junub merupakan cara yang diajarkan Islam untuk membersihkan diri dari hadas besar. Baik perempuan maupun laki laki diwajibkan untuk mandi junub apabila di tubuh mereka terdapat hadas besar. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang tersebut terkena hadas besar salah satunya yakni

 

Cara Mandi Junub perempuan

Hal pertama yang perlu untuk diketahui terkait mandi junub yakni niatnya. Adapun niat dari mandi junub untuk perempuan yakni

1. Niat Mandi Junub yang Benar Bagi Perempuan Setelah Haid

Nawaitul ghusla liraf’i hadatsil haidil lillahi Ta’aala.

Artinya:

“Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah Ta’ala.”

 

2. Niat Mandi Junub yang Benar Bagi Perempuan Setelah Nifas

Sedikit perbedaan untuk niat mandi junub yang benar bagi perempuan setelah nifas

Nawaitul ghusla liraf’i hadatsin nifaasi lillahi Ta’aala.

Artinya:

“Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari nifas karena Allah Ta’ala.”

 

3. Niat Mandi Junub yang Benar Bagi Perempuan Setelah Berhubungan Seks

Kemudian ini dia niat mandi junub yang benar bagi perempuan setelah berhubungan seks. Niat mandi junub yang satu ini bersifat umum sehingga bisa dibaca oleh laki-laki yang akan menyucikan diri setelah berhubungan badan atau keluar air mani.

Nawaitul ghusla liraf ‘il hadatsil akbari fardhal lillaahi ta’aala.

Artinya:

“Aku berniat mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar fardhu kerena Allah Ta’ala.”

 

Langkah Langkah Mandi Junub

  1. Membaca niat mandi junub. 
  2. Membasuh tangan kanan dan kiri sebanyak tiga kali. 
  3. Membersihkan kemaluan dan bagian lain yang dianggap kotor, seperti dubur, ketiak, pusar, hingga sela jari kaki menggunakan tangan kiri. 
  4. Mencuci kembali kedua tangan agar terhindar dari najis. 
  5. Berwudu. 
  6. Membasuh rambut dan kepala dengan sela-sela jari yang basah. 
  7. Mengguyur kepala sebanyak tiga kali secara menyeluruh di bagian kepala dan kulit kepala. 
  8. Menyiram tubuh secara merata dari ujung rambut hingga ujung kaki, dimulai dari bagian kanan lalu dilanjutkan ke bagian kiri.

 

Hukum Mandi Junub

Mandi junub hukumnya adalah wajib bagi siapa yang telah terkena hadas besar. Adapun hadis yang menerangkan wajibnya mandi junub yakni.

Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Maidah ayat 6: “Idza qumtum ila as-shalati fa-ghsiluu wujuhakum wa aydiyakum ilal-maraafiq wa-msahuu bi-ru-usikum wa arjulakum ilal-ka’baini. Wa in kuntum junuban fattaharuu,”. Yang artinya: “Apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,”.

Kemudian dalam Surah An-Nisa ayat 43, Allah juga berfiman: “Wa laa junuban illa aabiri sabilin,”. Yang artinya: “(Jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu saja,”.

Bagaimana Cara Mandi Junub Untuk Wanita?

Bagaimana Cara Mandi Junub Untuk Wanita?

Baik bagi seorang wanita maupun laki laki diwajibkan bagi mereka untuk membersihkan diri dari hadas sebelum akan melaksanakan ibadah. Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan timbulnya hadas pada tubuh seorang wanita yang wajib untuk dibersihkan dengan mandi junub seperti misalnya haid, nifas dan berhubungan suami istri.

Hal pertama yang perlu kita ketahui sebelum mandi junub yakni niat. Niat mandi junub untuk seorang perempuan pun berbeda beda, yang disesuaikan berdasarkan dengan faktor penyebab dari timbulnya hadas besar pada tubuh.

 

Tata cara dan Niat Mandi Junub yang Benar Bagi Perempuan

Adapun beberapa niat mandi junub yang dapat diucapkan ketika akan membersihkan diri dari hadas besar. Berikut beberapa diantaranya.

 

1. Niat Mandi Junub yang Benar Bagi Perempuan Setelah Haid

Nawaitul ghusla liraf’i hadatsil haidil lillahi Ta’aala.

Artinya:

“Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah Ta’ala.”

 

2. Niat Mandi Junub yang Benar Bagi Perempuan Setelah Nifas

Sedikit perbedaan untuk niat mandi junub yang benar bagi perempuan setelah nifas

Nawaitul ghusla liraf’i hadatsin nifaasi lillahi Ta’aala.

Artinya:

“Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari nifas karena Allah Ta’ala.”

 

3. Niat Mandi Junub yang Benar Bagi Perempuan Setelah Berhubungan Seks

Kemudian ini dia niat mandi junub yang benar bagi perempuan setelah berhubungan seks. Niat mandi junub yang satu ini bersifat umum sehingga bisa dibaca oleh laki-laki yang akan menyucikan diri setelah berhubungan badan atau keluar air mani.

Nawaitul ghusla liraf ‘il hadatsil akbari fardhal lillaahi ta’aala.

Artinya:

“Aku berniat mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar fardhu kerena Allah Ta’ala.”

Setelah membaca niat mandi junub yang benar bagi perempuan, kemudian lanjutkan dengan melaksanakan tata caranya. Dimulai dengan membaca niat mandi junub yang benar bagi perempuan kemudian membasuh tangan, kepala, hingga menyiram seluruh badan.

 

Langkah Langkah Mandi Junub

Setelah mengucapkan niat dari mandi junub, maka mandi sudah dapat dilanjutkan dengan beberapa langkah dan cara berikut.

 

1. Mencuci kedua tangan

Setelah membaca niat dan doa mandi junub dalam hati, mulailah dengan mencuci kedua tangan tiga kali seperti berwudhu. Tujuannya tentu membersihkan diri dari najis.

 

2. Membersihkan bagian intim

Bersihkan bagian intim yang dianggap ‘kotor’, baik setelah haid, nifas, maupun usai berhubungan seks.

 

3. Cuci tangan kembali

Usai membersihkan bagian intim maka basuh tangan kembali menggunakan sabun agar memastikannya sudah benar-benar bersih.

 

4. Lakukan gerakan wudhu

Bersihkan tubuh seperti hendak berwudhu, mulai dari membasuh tangan, kepala, sampai kaki. Lakukan masing-masing sebanyak tiga kali.

 

5. Basahi kepala

Siram kepala dengan air sebanyak tiga kali hingga ke pangkal rambut. Pastikan semuanya tersiram air dan gunakan shampo agar semakin bersih.

Untuk wanita sunah hukumnya memisah-misahkan rambut dengan jari-jari tangan. Menyela-nyela rambut dengan jari tangan wajib dilakukan pria.

 

6. Basahi seluruh tubuh

Basahi seluruh tubuh dengan air mulai dari sisi kanan terlebih dahulu. Kemudian lanjut sisi yang kiri setelah kanan selesai.

Mandi Junub Adalah

Mandi Junub Adalah

Salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai umat Muslim sebelum melaksanakan ibadah adalah mensucikan diri dari hadas. Dalam Islam, hadas terbagi menjadi 2 yakni hadas besar dan hadas kecil.

Hadas kecil

Hadas kecil merupakan hadas yang dapat dibersihkan dengan cara berwudhu. Adapun beberapa hal yang menyebabkan timbulnya hadas kecil antara lain seperti

  1. Keluar sesuatu dari dua lubang yaitu qubul dan dubur
  2. Bersentuhan langsung antara kulit laki-laki dan kulit perempuan yang sudah baligh dan bukan mahramnya
  3. Menyentuh kemaluan, baik kemaluan sendiri maupun kemaluan orang lain dengan telapak tangan atau jari. Rasulullah SAW pernah bersabda mengenai hal ini,

Artinya: Dari Busrah bin Shafwan RA, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersada: “Siapa yang menyentuh kemaluannya hendaklah ia berwudhu,” (HR Lima Ahli Hadis).

  1. Hilang kesadaran, seperti tidur nyenyak, gila, pingsan, atau mabuk. Rasulullah SAW bersabda,

Artinya: “Telah diangkat pena dari tiga perkara yaitu dari anak-anak sehingga ia dewasa (baligh), dari orang tidur sehingga ia bangun, dan dari orang gila sehingga ia sehat kembali,” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah).

 

Hadas besar

Sedangkan hadas besar merupakan hadas yang dibersihakn dengan cara mandi bersih atau mandi junub. Ada beberapa hal yang tergolong ke dalam hadas besar yakni.

1. Keluar darah bagi perempuan, berupa haid (darah yang keluar setiap bulan), nifas (darah yang keluar setelah melahirkan), maupun wiladah (darah yang keluar ketika melahirkan)

2. Keluar air mani, baik disebabkan karena mimpi basah atau sebab lain

3. Hubungan suami istri (Jima’), baik yang keluar mani atau pun tidak. Sebagaimana sesuai dengan sabda Rasulullah SAW,

Artinya: “Bila seorang lelaki duduk di antara empat potongan tubuh wanita (dua tangan dan dua kaki) dan tempat khitan (laki-laki) bertemu tempat khitan (wanita) maka sungguh wajib mandi meskipun tidak keluar mani,” (HR Muslim).

4. Meninggal dunia. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi sebagai berikut,

Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda tentang orang yang meninggal karena terjatuh dari kendaraannya, mandikanlah dengan air dan bidara dan kafanilah dua kainnya,” (HR Bukhari dan Muslim).

 

Mandi Junub

Mandi junub merupakan cara yang diajarkan dalam Islam untuk membersihkan diri dari hadas. Mandi junub sendiri berbeda dengan mandi pada umumnya. Mandi junub harus dilakukan dengan cara yang telah diatur dalam Islam. Adapun caranya sebagai berikut.

Tata Cara Mandi Junub

Adapun langkah atau proses mandi junub. Simak sebagai berikut.

Niat

Doa niat inilah yang membedakan mandi wajib dan mandi biasa. Cara membaca doa niat mandi wajib ini bisa dalam hati atau bersuara.  

 

Cuci Tangan Sampai Bersih Setidaknya Tiga Kali 

Membersihkan bagian tubuh yang dianggap kotor dan tersembunyi menggunakan tangan kiri. Bagian tubuh yang biasanya kotor dan tersembunyi tersebut adalah bagian kemaluan, dubur, bawah ketiak, pusar, dan lain–lain.  

 

Mengulangi Mencuci Kedua Tangan

Setelah membersihkan bagian tubuh yang kotor dan tersembunyi, tangan perlu dicuci ulang. Caranya, mengusap-usapkan tangan ke tanah/tembok kemudian dibilas air langsung atau dicuci dengan sabun baru dibilas.  

 

Berwudhu

Setelah itu berwudhu seperti tata cara wudhu saat akan melakukan shalat.  Baca juga: Ini Keutamaan Doa Setelah Wudhu  

 

Menyela Pangkal

Menyela pangkal rambut dengan jari-jari yang sudah dicelup ke air sampai menyentuh bagian kulit kepala.  

 

Membasahi Kepala 

Membasahi kepala dengan mengguyurnya tiga kali hingga seluruh permukaan pada kulit dan rambut basah oleh air. 

 

Membasahi Tubuh Secara Merata

Setelah itu membasahi tubuh secara merata dengan mengguyurkan dari ujung rambut hingga ujung kaki, dimulai bagian kanan terlebih dahulu kemudian bagian kiri.  

Pastikan untuk membersihkan seluruh area lipatan kulit atau area mana saja dari tubuh yang tersembunyi pada saat melaksanakan mandi junub.