Amalan Bulan Ramadhan yang Pahalanya Dilipatgandakan

Amalan Bulan Ramadhan yang Pahalanya Dilipatgandakan

 Bulan ramadhan merupakan bulan yang  sangat tepat untuk meraih pahala, sebab selama bulan ramadhan pahala amal kebaikan akan dilipatgandakan. Mengenai amalan di Bulan Ramadhan pahalanya dilipatgandakan disebutkan dalam hadits berikut: 

Latin: Man Taqarraba fiihi bikhushlatin minal khairi kaana kaman adan fariidhotan fiima siwaahu, waman adan fiihi fariidhatan kaana kaman adan sab’iina fariidhotan fiima siwaah. 

Artinya: Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan satu kebaikan di bulan ramadhan maka pahalanya sama dengan pahala melakukan perbuatan yang fardhu (wajib) di selain bulan ramadhan. Dan barangsiapa melakukan satu perbuatan wajib di bulan Ramadhan maka pahalanya sama dengan melakukan 70 perbuatan wajib di selain bulan Ramadhan. Dalam hadits lain disebutkan: “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. (HR. Muslim). 

 

Amalan Bulan Ramadhan yang Pahalanya Dilipatgandakan

Bulan suci ramadhan menjadi bulan yang penuh berkah. Di bulan ramadhan, berbagai amal kebaikan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Berikut beberapa amalan dengan pahala yang berlipat ganda.

 

1. Puasa Ramadhan

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 183. Allah SWT berfirman:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (QS. Al Baqarah: 183). 

Dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: “Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan, maka diampuni dosanya yang telah berlalu”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 37 dan Muslim: 1266). 

 

2. Shalat Tarawih, Witir, Tahajud 

Selain ibadah di atas, tentunya yang sangat penting dan jangan sampai terlewat adalah shalat tarawih, tahajjud, witir dan lainnya. Hadits sholat sunnah di malam Bulan Ramadhan ini disebutkan dalam hadits berikut: 

Rasulullah SAW menganjurkan agar mengerjakan shalat malam pada bulan Ramadhan, akan tetapi tidak mewajibkannya. Beliau ber¬sabda: “Siapa yang mengerjakan shalat malam pada bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (Hadis Shahih, riwayat Bukhari: 36 dan Muslim: 1267. teks hadis riwayat al-Bukhari).

 

3. Membaca Al Quran

Disunnahkan bagi orang yang sedang berpuasa, khususnya puasa Ramadhan, untuk memperbanyak membaca Al-Quran. Dasarnya adalah hadits shahih berikut ini : Jibril alaihissalam mendatangi Rasulullah SAW pada tiap malam bulan Ramadhan dan mengajarkannya Al-Quran. (HR. Bukhari dan Muslim)

 

4. Memberi Makan Orang Berbuka

Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: “Siapa yang memberi makan (saat berbuka) untuk orang yang puasa, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang diberi makannya itu tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya. (HR At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaemah).

Amalan Bulan Ramadhan

Amalan Bulan Ramadhan

Bagi umat Muslim, bulan ramadhan menjadi bulan yang istimewa, pasalnya selama bulan ramadhan pahala dari amal kebaikan akan dilipatgandakan. Hal ini tertuang Dalam hadits disebutkan: 

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. (HR. Muslim).

 

Amalan Bulan Ramadhan

Selain menunaikan ibadah wajib, adapula sejumlah amalan sunnah yang dianjurkan utnuk dilaksanakan saat bulan ramadhan yang sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad SAW. Berikut beberapa diantaranya.

 

1. Menyegerakan waktu berbuka

Amalan pertama yaitu menyegarkan waktu berbuka dan tidak menunda nundanya. Ketika adzan magrib berkumandang, maka hendaklah untuk berbuka puasa yang meskipun hanya dengan seteguk air saja.

Rasulullah SAW juga menyarankan untuk berbuka dengan kurma dan air putih. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“Jika salah seorang berpuasa, hendaknya ia berbuka dengan kurma. Jika tidak ada kurma, maka dengan air. Sebab, air itu menyucikan,” (HR Abu Dawud).

 

2. Perbanyak sedekah

Melakukan puasa di bulan ramadhan merupakan amalan yang wajib. Orang yang berpuasa sebaiknya memperbanyak sedekah. Bersedekah sendiri dapat berupa uang, memberi makan dan minum untuk berbuka, dan lain sebagainya. Allah SWT menjanjikan ganjaran pahala bagi orang yang melakukan amalan tersebut, sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW:

“Barangsiapa yang memberi buka orang yang puasa akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.” (HR. Tirmidzi no. 807.)

 

3. Perbanyak membaca Al-Qur’an

Amalan di bulan Ramadan selanjutnya yaitu perbanyak baca Al-Qur’an. Dengan tadarus, kita bisa mengkhatamkan Al-Qur’an.

Semakin sering kita khatam di bulan suci Ramadan, maka semakin banyak ganjaran kebaikan dan pahala yang akan kita peroleh.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits riwayat Imam Tarmidzi, “Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan”

 

4. Menjaga lisan

Menjaga lisan sangat diperlukan saat bulan Ramadan. Terlebih, lisan dapat menjadi senjata mematikan, maka dari itu berkatalah yang baik baik dan bermanfaat.

Saat berpuasa, menjaga lisan akan mencegah timbulnya dosa. Sebab, perkataan perkataan yang kurang baik dapat mengurangi pahala puasa.

 

5. Melaksanakan sahur

Sebelum berpuasa, hendaklah kita melaksanakan sahur. Sahur memiliki manfaat sebagai cadangan tenaga dalam melakukan aktivitas sehari hari saat puasa.

Sahur merupakan sunnah pada bulan suci Ramadan. Rasulullah SAW juga mengatakan bahwa terdapat banyak keberkahan dalam sahur.

“Makan sahur lah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Itulah amalan- amalan di bulan Ramadhan sesuai sunnah rasul. Semoga dapat membantu detikers dalam meraih ridho dan rahmat Allah SWT di bulan yang suci ini.

6 Amalan Sunnah yang Baik Dilakukan di Hari Raya Idul Fitri

6 Amalan Sunnah yang Baik Dilakukan di Hari Raya Idul Fitri

1 Syawal merupkana hari kemenangan umat Muslim, sebab di hari tersebut, umat Muslim akan merayakan hari raya terbesar yaitu dul Fitri. Idul fitri menjadi hari raya pelepas puasa ramadhan yang telah dilakukan selama sebulan penuh lamanya.

Perayaan Idul Fitri diawali dengan melaksanakan shalat ied terlebih dahulu yang biasanya akan dilakukan secara berjamaah di masjid, mushola dan tempat tempat terbuka dan luas launnya. Selepas shalat ied, biasanya diisi dengan kegiatan saling berjabat tangan satu sama lain sebagai simbol bermaaf maafan antar sesama. Selepas dari itu barulah biasanya akan diisi dengan acara saling berkunjung antar satu sama lainnya. Selain itu juga, terdapat amalan sunnah Idul Fitri yang sering Nabi Muhammad SAW kerjakan. 

 

6 Amalan Sunnah Idul Fitri yang Sering dikerjakan Nabi Muhammad SAW

Ada sejumlah amalan sunnah yang kerap kali dikerjakan oleh Nabi Muhammad dan berikut beberapa diantaranya.

 

1. Mandi Sebelum Shalat Idul Fitri

Mandi merupakan salah satu amalan yang sering dikerjakan Nabi Muhammad SAW sebelum berangkat menunaikan shalat Idul Fitri. Sebagaimana yang dijelaskan dari Al Faakih bin Sa’ad ra., ia berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mandi di hari Idul Fitri, Idul Adha dan hari Arafah, Dan Al Faakih sendiri selalu memerintahkan keluarganya untuk mandi pada hari-hari itu” (HR. Ibnu Majah no. 1316)

 

2. Makan Pagi Sebelum Berangkat Shalat Idul Fitri

Nabi Muhammad SAW selalu menyempatkan waktu untuk makan sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri. Seperti yang dijelaskan dari Anas bin Malik ra., ia berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah keluar pada hari Idul Fitri sampai beliau makan beberapa kurma terlebih dahulu. Beliau memakannya dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Bukhari, no. 953)

 

3. Mengenakan pakaian yang Terbaik

Sebelum berangkat menuju tempat shalat Idul Fitri, dianjurkan untuk mengenakan pakaian yang terbaik.

Terdapat riwayat dari Jabir ra., ia berkata,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki jubah khusus yang beliau gunakan untuk Idul Fithri dan Idul Adha, juga untuk digunakan pada hari Jum’at.” (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1765)

 

4. Bertakbir dari Rumah menuju Tempat Shalat Idul Fitri

Setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan, umat Islam diperintahkan untuk mensyukurinya dengan banyak mengucapkan takbir. Dalam sebuah riwayat,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar hendak shalat pada hari raya Idul Fitri sambil bertakbir sampai di lapangan dan sampai shalat hendak dilaksanakan. Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.” (Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 171)

 

5. Saling Mengucap Selamat

Alaman lainnya yang dikerjakan Nabi Muhammad SAW pada Hari Raya Idul Fitri adalah mengucapkan taqabbalallahu minna wa minkum kepada sanak saudara.

“Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah SAW berjumpa dengan hari ‘ied, satu sama lain saling mengucapkan, “Taqabbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).” Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. (Fath Al-Bari 2: 446)

 

6. Mengambil Jalan Berbeda Saat Berangkat dan Pulang

Amalan terakhir yang sering dilakukan Nabi Muhammad SAW saat shalat Idul Fitri adalah memilih jalan yang berbeda saat berangkat ke tempat shalat Idul Fitri dan pulangnya ke rumah.

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di hari ied, beliau membedakan jalan antara pergi dan pulang. (HR. Bukhari no. 986)

Tata Cara Mandi Junub Bagi Wanita Setelah Hubungan

Tata Cara Mandi Junub Bagi Wanita Setelah Hubungan

Melakukan hubungan intim memang menjadi kebutuhan setiap pasangan yang telah beristri atau menjalin hubungan rumah tangga. Selain sebagai kebutuhan suami istri, berhubungan juga dapat meningkatkan keharmonisan rumah tangga. Menjalin hubungan suami istri juga memiliki manfaat dalam hubungan, manfaat yang dapat dirasakan mulai dari menjaga sistem kekebalan tubuh hingga meningkatkan hormon endorfin.

Namun di dalam Islam, setelah melakukan hubungan suami istri dianjurkan untuk membersihkan diri dengan mandi junub. Mandi junub atau mandi wajib menjadi suatu kewajiban seorang Muslim untuk membersihkan diri dari hadas besar.

Tidak hanya setelah berhubungan intim saja, namun mandi junub juga diwajibkan untuk dilakukan setelah usai masa nifas dan haid. Dalam pelaksanaan mandi junub ini pun harus disertai dengan membaca doa sesuai dengan ajaran agama Islam.  nah bagi anda yang mungkin masih merasa kurang paham terkait cara mandi junub, simak terus artikel ini hingga selesai.

 

Tata Cara Mandi Junub Bagi Wanita Setelah Hubungan

Mandi junub hukumnya adalah wajib bagi setiap umat Muslim yang terkena hadas besar. Nah untuk memahami lebih dalam terkait mandi junub, simak penjelasan berikut.

 

Hukum Mandi Junub setelah Berhubungan Intim

Melakukan hubungan intim merupakan hadas besar yang tentu berbeda dengan hadas kecil. Apabila hadas kecil dapat dibersihkan dengan cara berwudhu, maka hadas besar yang menempel di dalam tubuh harus disucikan dengan cara mandi junub.

Apabila setelah melakukan hubungan suami istri namun tidak junub maka masih dianggap najis dan tidak diperbolehkan untuk berbiadah. Hal ini sesuai dengan perintah Allah yang tertuang dalam surat Al Maidah ayat 6, yakni:

wa ing kuntum junuban faṭṭahharụ

Artinya: “Jika kamu junub, maka mandilah.”

 

Niat Mandi Junub

Bismillahirahmanirahmim nawaitul ghusla liraf’il hadatsil akbar minal janabati fardlon lillahi ta’ala.

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari jinabah, fardlu karena Allah Ta’ala.”

 

Tata Cara Mandi Junub

Selain membaca niat mandi junub, hal lain yang harus diperhatikan yakni tata cara mandi junub.

Hal tersebut dikarenakan mandi junub bukanlah mandi biasa, sehingga Mama dan pasangan perlu mengikuti tata cara mandi junub. Berikut merupakan tata cara mandi junub yang bisa Mama ikuti, antara lain: 

Membaca niat mandi wajib. 

Membersihkan telapak tangan sebanyak 3 kali. 

Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan. 

Berwudhu secara sempurna. 

Menyiram kepala dengan air sebanyak 3 kali. 

Bilas seluruh tubuh dengan mengguyurkan air. 

Membersihkan area badan yang susah dijangkau. 

Saat mandi junub, meskipun sudah melakukannya sesuai urutan, ada juga beberapa hal lain yang perlu diperhatikan. Salah satunya, yakni menggunakan air yang bersih. Lakukan juga wudhu dengan air yang mengalir.

Nah, itulah beberapa informasi terkait hukum mandi junub, doa mandi junub, tata cara mandi junub dan niat mandi junub ketika usai berhubungan intim di bulan Ramadan. Tata cara ini perlu diperhatikan dan diharapkan semoga bermanfaat.

Ini Niat Mandi Wajib Lengkap dengan Artinya

Ini Niat Mandi Wajib Lengkap dengan Artinya

Ketika hendak beribadah, umat Muslim dianjurkan untuk membersihkan diri dari hadas, baik hadas kecil hingga hadas besar. Hadas kecil dapat dibersihkan dengan cara berwudhu. Sedangkan untuk hadas besar diwajibkan untuk mandi junub agar dapat terlepas dari tubuh.

Mandi junub sendiri berbeda dengan mandi pada umumnya, yang dimana mandi junub memiliki tata cara yang telah ditentukan dalam Islam, mulai dari niat, gerakan, dan lain sebagainya.

 

Perintah Allah untuk Mandi Junub

Allah SWT berfirman,

“Dan jika kamu junub, maka mandilah.” (QS. Al Maidah: 6)

Kemudian dalam surat lainnya Allah SWT juga menyuruh muslim mandi wajib jika dalam keadaan junub.

Allah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. An-Nisa’: 43)

 

Niat Mandi Wajib Tata Caranya

Mandi wajib atau junub biasanya membersihkan diri seusai haid, nifas, dan bersyahwat. Berikut niat yang dibaca ketika akan mandi wajib setelah bersyahwat:

“BISMILLAHIRAHMANIRAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAL JANABATI FARDLON LILLAHI TA’ALA.”

Artinya:”Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari jinabah, fardlu karena Allah Ta’ala.”

Jika hadas besar pada perempuan disebabkan karena keluarnya darah dari organ intim setelah melahirkan atau nifas, maka niat mandi wajib yang harus dibaca adalah sebagai berikut:

“BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITU GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAN NIFASI FARDLON LILLAHI TA’ALA.”

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari nifas, fardlu karena Allah Ta’ala.”

Setelah membaca niat, dilanjutkan dengan tata cara mandi wajib atau junub yang sudah dijabarkan diatas baik laki-laki maupun perempuan. Berikut tata cara mandi wajib lengkap bagi pria dan wanita sesuai hadis Rasulullah SAW:

 

Tata Cara Mandi Junub

Adapun langkah atau proses mandi junub. Simak sebagai berikut.

Niat

Doa niat inilah yang membedakan mandi wajib dan mandi biasa. Cara membaca doa niat mandi wajib ini bisa dalam hati atau bersuara.  

 

Cuci Tangan Sampai Bersih Setidaknya Tiga Kali 

Membersihkan bagian tubuh yang dianggap kotor dan tersembunyi menggunakan tangan kiri. Bagian tubuh yang biasanya kotor dan tersembunyi tersebut adalah bagian kemaluan, dubur, bawah ketiak, pusar, dan lain–lain.  

 

Mengulangi Mencuci Kedua Tangan

Setelah membersihkan bagian tubuh yang kotor dan tersembunyi, tangan perlu dicuci ulang. Caranya, mengusap-usapkan tangan ke tanah/tembok kemudian dibilas air langsung atau dicuci dengan sabun baru dibilas.  

 

Berwudhu

Setelah itu berwudhu seperti tata cara wudu saat akan melakukan salat.  Baca juga: Ini Keutamaan Doa Setelah Wudhu  

 

Menyela Pangkal

Menyela pangkal rambut dengan jari-jari yang sudah dicelup ke air sampai menyentuh bagian kulit kepala.  

 

Membasahi Kepala 

Membasahi kepala dengan mengguyurnya tiga kali hingga seluruh permukaan pada kulit dan rambut basah oleh air. 

 

Membasahi Tubuh Secara Merata

Setelah itu membasahi tubuh secara merata dengan mengguyurkan dari ujung rambut hingga ujung kaki, dimulai bagian kanan terlebih dahulu kemudian bagian kiri.  

Pastikan untuk membersihkan seluruh area lipatan kulit atau area mana saja dari tubuh yang tersembunyi pada saat melaksanakan mandi junub.

Begini Cara Mandi Wajib Saat Puasa?

Begini Cara Mandi Wajib Saat Puasa?

Ketika hendak memasuki bulan ramadhan, Umat Muslim biasanya akan mandi terlebih dahulu. Mandi yang dilakukan ketika menyambut kedatangan bulan puasa adalah mandi junub atau mandi bersih. Mandi junub sendiri dilakukan agar hadas besar pada tubuh dapat dihilangkan. Lantas bagaimana cara melakukan mandi junub.? Berikut penjelasannya.

 

Cara Mandi Wajib

Ketika hedak melakukan mandi junub atau mandi bersih, hal yang perlu untuk diketahui adalah niat dari mandi itu sendiri. Adapun niat yang dapat diucapkan ketika hendak mandi junub yaitu.

 

Doa mandi junub bagi suami-istri usai berhubungan badan

Nawaitul Ghusla Liraf’il Hadatsil Akbari Fardhan Lillaahi Ta’aala Artinya: Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar, fardhu karena Allah ta’ala. 

 

Doa mandi junub usai berhentinya darah nifas

Nawaitul Ghusla Lirafil Hadatsil Nifasi Lillahi Ta’ala Artinya: Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari nifas karena Allah ta’ala. 

 

Doa mandi junub usai masa menstruasi

Nawaitul Ghusla Lifraf il Hadatsil Haidil Lillahi Ta’ala Artinya: Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah Ta’ala. Tata cara mandi junub 

 

Cara Mandi Junub

Tata cara mandi junub antara perempuan dan laki laki sama saja yang membedakannya hanya hukum saat menyela rambut dengan jari. Bagi seorang laki laki hukumnya wajib, sementara wanita hukumnya sunnah. Adapun langkah langkahnya sebagai berikut.

  1. Membaca niat mandi junub. 
  2. Membasuh tangan kanan dan kiri sebanyak tiga kali. 
  3. Membersihkan kemaluan dan bagian lain yang dianggap kotor, seperti dubur, ketiak, pusar, hingga sela jari kaki menggunakan tangan kiri. 
  4. Mencuci kembali kedua tangan agar terhindar dari najis. 
  5. Berwudu. 
  6. Membasuh rambut dan kepala dengan sela-sela jari yang basah. 
  7. Mengguyur kepala sebanyak tiga kali secara menyeluruh di bagian kepala dan kulit kepala. 
  8. Menyiram tubuh secara merata dari ujung rambut hingga ujung kaki, dimulai dari bagian kanan lalu dilanjutkan ke bagian kiri.

 

Hukum Mandi Junub

Mandi junub hukumnya adalah wajib bagi siapa yang telah terkena hadas besar. Adapun hadis yang menerangkan wajibnya mandi junub yakni.

Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Maidah ayat 6: “Idza qumtum ila as-shalati fa-ghsiluu wujuhakum wa aydiyakum ilal-maraafiq wa-msahuu bi-ru-usikum wa arjulakum ilal-ka’baini. Wa in kuntum junuban fattaharuu,”. Yang artinya: “Apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,”.

Kemudian dalam Surah An-Nisa ayat 43, Allah juga berfiman: “Wa laa junuban illa aabiri sabilin,”. Yang artinya: “(Jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu saja,”.

Keistimewaan 10 Hari Pertama di Bulan Ramadhan

Keistimewaan 10 Hari Pertama di Bulan Ramadhan

Bulan ramadhan merupakan bulan yang Istimewa bagi umat Muslim, termasuk jjuga pada 10 hari pertama di bulan ramadhan. 10 hari pertama menjadi hari yang cukup berat, sebab 10 hari tersebut merupakan hari untuk beradaptasi dengan puasa ramadhan. 

Meskipun 10 hari pertama dibulan ramadhan tersebut merupakan hari yang berat namun ada banyak keistimewaan dari hari tersebut.

 

Keistimewaan 10 Hari Pertama Ramadhan

Ada beberapa keistimewaan pada 10 hari pertama bulan ramadhan yang perlu untuk kita ketahui.

 

1. Terbukanya pintu rahmat

10 hari pertama menjadi hari dimana Alah Allah SWT membuka pintu rahmat-Nya untuk setiap hamba yang melaksanakan ibadah yang mulia. Hal ini sebagaimana pernah disabdakan Rasulullah SAW dalam hadist sebagai berikut.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Awal bulan Ramadhan adalah Rahmat, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya ‘Itqun Minan Nar (pembebasan dari api neraka).”

 

2. Mendapatkan berkah dan keberuntungan

Allah SWT selalu memberikan keberkahan dan keberuntungan bagi hamba-Nya yang menjalankan puasa dan ibadah-ibadah lainnya selama 10 hari pertama bulan Ramadhan.

 

3. Memperbanyak amalan sunnah

10 hari pertama bulan Ramadhan menjadi waktu yang tepat untuk memperbanyak ibadah sunnah. Oleh karena itu luangkan waktu untuk sholat dhuha, sholat rawatib, sholat Tarawih dan membaca Al-Quran.

 

4. Melatih diri untuk sholat berjamaah

Amalan yang dianjurkan untuk dilaksanakan terutama bulan Ramadhan adalah lebih rajin untuk melaksanakan sholat berjamaah baik di Masjid maupun Musholla. Sholat berjamaah digunakan sebagai momentum untuk bersilaturahmi dan menjaga hubungan baik antar sesama muslim. 

 

5. Memperbanyak dzikir

Pada bulan Ramadhan, umat muslim dianjurkan untuk selalu berdzikir kepada Allah SWT dimana dan kapan pun. Barangsiapa yang ingin selalu dekat dengan Allah SWT maka perbanyak berdzikir.

 

6. Waktu yang mustajab untuk berdoa

10 hari pertama bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk berdoa kepada Allah SWT. Waktu yang mustajab untuk berdoa adalah saat berpuasa, waktu sahur, saat adzan berkumandang dan malam Lailatul Qadar.

 

Amalan di 10 hari pertama ramadhan

1. Membaca Al Quran 

Disunnahkan bagi orang yang sedang berpuasa, khususnya puasa Ramadhan, untuk memperbanyak membaca Al-Quran. Dasarnya adalah hadits shahih berikut ini : Jibril alaihissalam mendatangi Rasulullah SAW pada tiap malam bulan Ramadhan dan mengajarkannya Al-Quran. (HR. Bukhari dan Muslim) 

 

2. Menyibukkan diri dengan ilmu dan tilawah

Disunnahkan untuk memperbanyak mendalami ilmu serta membaca Al-Quran, shalawat pada Nabi dan zikir-zikir baik pada siang hari atau malam hari puasa, tergantung luangnya waktu untuk melakukannya. Dasarnya adalah hadits shahih berikut ini: Jibril as. mendatangi Rasulullah SAW pada tiap malam bulan Ramadhan dan mengajarkannya Al-Qur’an.(HR Bukhari dan Muslim). 

 

3. Shalat Tarawih, Witir, Tahajud 

Selain ibadah di atas, tentunya yang sangat penting dan jangan sampai terlewat adalah shalat tarawih, tahajjud, witir dan lainnya. Hadits sholat sunnah di malam Bulan Ramadhan ini disebutkan dalam hadits berikut: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu beliau berkata: sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang mendirikan bulan Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mengharap ridha Allah, maka diampuni dosadosanya yang telah lalu. (HR.al-Bukhari & Muslim).

Lebih Utama Mana Sedekah Atau Qurban Jelaskan?

Lebih Utama Mana Sedekah Atau Qurban Jelaskan?

Qurban dan sedekah merupakan dua hal yang dianjurkan di dalam Islam. meskipun keduanya hampir terlihat sama namun keduanya tentu berbeda. Menurut Ibnu Qayyim berkata, “Menyembelih pada waktunya lebih utama daripada sedekah dengan harganya, sekalipun dengan jumlah sedekah yang lebih besar daripada harga kurban, karena penyembelihan dan mengalirkan darah itu sendiri menjadi sasaran, ia adalah ibadah yang disandingkan dengan shalat.”

Dalam firman Allah dalam QS. Al-Kutsar ayat 2 yang artinya, “Maka shalatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah.

 

Alasan qurban lebih utama:

  1. Qurban ibadah yang dilakukan khusus pada tanggal 10 Dzulhijjah saja. Sedangkan,sedekah tidak dibatasi harinya.
  2. Qurban salah satu sunnah Nabi SAW.
  3. Perbedaan hukum dikalangan ulama, yang Sebagian besar mewajibkan untuk berqurban.

Qurban di masa sulit seperti pandemi sekarang ini mungkin akan terasa sulit, namun terdapat keistimewaan yang lebih dari tahun sebelum andemi, mengapa demikian.? Sebab sebagian orang mengalami kesulitan dalam berbagai aspek terutama dalam ekonomi, namun  mereka tetap melakukan qurban  dan luas manfaatnya.

Dalam sabda Rasulullah SAW, ketika beliau ditanya, “Sedekah bagaimanakah yang paling utama?”, beliau menjawab, “Engkau bersedekah di saat kamu dalam keadaan sehat dan cinta harta, banyak keinginan dan takut miskin. Serta tidak menangguhkannya sampai nyawa di kerongkongan, kemudian mengatakan, “Ini untuk si fulan, dan itu untuk si fulan”. Padahal memang itu sudah jatah si fulan dan si fulan).” (mutafaq alaih).

Aspek keistimewaan berkurban dan sedekah itu memiliki keistimewaan tersendiri jika kita mengerjakannya. Namun, jika disuruh pilih antara berqurban atau sedekah maka pilihlah yang lebih bermanfaat, bermaslahat dan yang paling dibutuhkan orang lain apalagi di masa pandemi ini.

 

Keutamaan Qurban

Meningkatkan Ketakwaan

Keutamaan berkurban Idul Adha seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Keutamaan berkurban Idul Adha ini seperti yang tercantum dalam QS. Al Maidah ayat 27 yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertaqwa.”

 

Menambah Amal Kebaikan

Selain sebagai upaya untuk meningkatkan takwa kepada Allah, salah satu keutamaan berkurban Iduladha yang penting untuk diketahui dapat menambah amal kebaikan untuk bekal di kehidupan akhirat. Dalam keutamaan berkurban Iduladha ini, Allah akan memberikan pahala yang berlipat-lipat bagi setiap umat Muslim yang menggunakan sebagian hartanya untuk berkuban. Pada HR Ahmad dan Ibnu Majah dikatakan, “Pada setiap lembar bulunya itu kita memperoleh satu kebaikan.”

“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah. Sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya dan bulunya. Sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.” (HR Ibnu Majah)

 

Sebagai Syiar Agama

Hal keutamaan berkurban Idul Adha tersebut seperti yang tercantum dalam QS Al Hajj ayat 34 yaitu, “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).”

Bagaimana Jika Tetanggamu Kaya Tetapi Dia Tidak Mau Berkurban?

Bagaimana Jika Tetanggamu Kaya Tetapi Dia Tidak Mau Berkurban?

Berkurban merupakan salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan bagi umat Muslim yang telah masuk dalam kategori orang yang  mampu, namun akan tetapi semua orang memiliki kelapangan harta terpanggil untuk melakukan qurban.

Bahkan ada pula orang  yang  sudah mampu secara finansial namun tidak mau berqurban, ada pula yang sudah merasa melaksanakan ibadah qurban tahun sebelumnya sehingga merasa untuk tidak perlu lagi berqurban pada tahun ini atau dalam agama kerap kali dikenal dengan istilah  “baroah min adz-zdimmah” (sudah terlepas dari perintah kurban). Padahal ibadah qurban sendiri tidak hanya berlaku untuk sekali seumur hidup, akan tetapi setiap tahunnya bagi yang telah memiliki kelapangan harta.

 

Bagaimana Jika Tetanggamu Kaya Tetapi Dia Tidak Mau Berkurban

Baginda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berqurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah (3123), Ahmad (2/321), al-Hakim (4/349), ad-Daruquthni (4/285), al-Baihaqi (9/260).

Bunyi hadis tersebut seakan mengancam dengan tegas bahwa bagi orang  orang yang sudah mampu secara finansial namun dengan sengaja untuk tidak melaksanakan nya.

Berdasarkan hadis tersebut ada 2 pendapat yang diutarakan oleh sebagian ulama yakni yang pertama bahwa bagi yang sengaja tidak melakukan ibadah qurban namun mampu maka ia dilarang untuk mendatangi shalat Idul Adha. Sementara pendapat lainnya mengutarakan bahwa hadis tersebut menunjukkan yang tidak mau berqurbqan namun ia mampu maka akan berdosa.

 

Dalam surah Al-Kautsar ayat kedua Allah SWT berfirman:

Artinya: Maka shalatlah kamu untuk Rabbmu dan sembelihlah hewan kurban (QS. Al Kautsar: 2)`

Dari firman Allah tersebut, kata wanhar merupakan fi’il amar yang bersifat perintah yang memiliki konsekuensi hukum wajib atau minimal sunnat. Meskipun status wajibnya kurban bagi yang berkemampuan masih bersifat khilafiyah (ada yang mewajibkan bagi yang mampu, ada yang menyatakan sunnah mu’akkadah), banyak ulama menjelaskan bahwa menyembelih hewan kurban lebih utama dibandingkan sedekah meskipun nilai uang yang dikeluarkan dalam sadaqah sama dengan nilai uang yang dikeluarkan untuk ibadah kurban.

 

Terkait khilafiyah hukum berkurban bagi yang mampu, berkurban hukumnya Sunnah Mu’akkadah. Ulama yang mengambil pendapat ini berdalil dengan riwayat dari Abu Mas’ud Al Anshari Radhiyallahu’anhu yang mengatakan:

“Sesungguhnya aku sedang tidak akan berkurban. Padahal aku adalah orang yang berkelapangan. Itu kulakukan karena aku khawatir kalau-kalau tetanggaku mengira kurban adalah wajib bagiku.” (HR. Abdur Razzaq dan Baihaqi dengan sanad shahih). Sedangkan Syaikh Ibn Utsaimin mengatakan “pendapat yang menyatakan wajib itu tampak lebih kuat daripada pendapat yang menyatakan tidak wajib. Akan tetapi, hal itu hanya diwajibkan bagi yang mampu.”

 

Meskipun demikian, dalam kaidah ushul fiqh dikenal sebuah kaidah yang berbunyi:

” Dianjurkan untuk keluar dari perkara yang diperselisihkan “

 

Lantas bagaimana cara kita untuk keluar dari perkara-perkara yang bersifat khilafiyah? Seperti halnya dalam batasan-batasan wudhu (sampai siku pada tangan, sampai mata kaki pada kaki). Terdapat khilafiyah tentang wajib tidaknya siku atau mata kaki untuk dibasuh karena merupakan batas. Ada yang menganalogikan dengan “menyapu lantai sampai batasan dinding” maka dinding tidak perlu untuk disapu. Ada juga yang menganalogikan dengan batasan kota, seseorang belum bisa dikatakan masuk di suatu kota ketika berdiri tepat diperbatasan, karena bisa saja dikatakan masih berada di kota sebelumnya. Maka untuk keluar dari khilafiyah ini, sebaiknya kita menyertakan membasuh siku dan mata kaki, meskipun ada yang mewajibkan ada juga yang tidak.

Demikian juga dalam hal berkurban, ketika berkemampuan secara finansial, maka sangat utama bagi kita untuk berkurban, terlepas dari khilafiyah yang menghukumi wajib atau hanya sunnah mu’akkadah.

Wal Afwu Minkum, Wallahu a’lam bi ash-showab

Bolehkah orang Islam yang memiliki harta tetapi tidak mau berkorban Mengapa?

Bolehkah orang Islam yang memiliki harta tetapi tidak mau berkorban Mengapa?

Idul adha menjadi perayaan terbesar bagi umat Muslim setelah Idul Fitri. Dalam perayaan idul adha sendiri, umat muslim biasanya akan melakukan shalat ied yang diteruskan dengan menyembelih hewan ternak atau qurban.

Orang orang  yang berqurban atau orang  yang memberikan hewan ternak untuk di qurbankan berasal dari kalangan yang mampu. Namun bagaimana jika mampu tapi tidak mau berqurban.? Simak terus artikel ini hingga selesai untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut.

 

Syarat Hewan Kurban Idul Adha

Memilih hewan kurban untuk disembelih juga tidak sembarangan. Hewan hewan tersebut harus memenuhi syarat sebagai hewan qurban, adapun syaratnya sebagai berikut.

  1. Sehat
  2. tidak cacat
  3. tidak pincang
  4. tidak sangat kurus
  5. tidak putus telinganya
  6. tidak putus ekornya
  7. telah mencukupi umurnya

 

Syarat Pembagian Daging Kurban

Pembagian dari daging hewan yang telah dikurbankan juga memiliki syarat pembagian yakni meliputi

1/3 daging kurban dapat diberikan kepada fakir miskin.

1/3 daging kurban lainnya dapat diberikan untuk tetangga dari orang yang berkurban.

1/3 daging kurban sisanya diperuntukkan bagi yang menunaikan kurban. Akan tetapi, bisa menjadi ladang pahala lebih apabila seluruh daging kurban disedekahkan ke orang-orang yang membutuhkan.

Orang yang melaksanakan kurban tidak boleh memberi daging kurbannya kepada tetangga dalam bentuk olahan atau sudah dimasak. Melainkan harus dengan kondisi mentah.

Seluruh bagian hewan kurban yakni daging, bulu, tulang, kepala, kulit, sampai jeroan, haram hukumnya untuk diperjualbelikan kepada siapapun.

 

Mampu Tapi Tidak Berqurban.?

Dalam sabda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam yang berbunyi:

“Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berqurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah (3123), Ahmad (2/321), al-Hakim (4/349), ad-Daruquthni (4/285), al-Baihaqi (9/260).

Dalam hadis tersebut seakan memberikan ancaman kepada umat Muslim yang telah mampu secara finansial namun tidak mau melakukan qurban secara sengaja.

Menurut pendapat dari sejumlah ulama menjelaskan terkait hadis tersebut bahwa orang yang tidak berkurban yang padahal ia mampu, maka orang tersebut dilarang mendatangi tempat shalat Idul Adha. Sementara sebagian ulama yang lain menjelaskan bahwa hadits ini menunjukkan bahwa orang yang tidak berkurban padahal ia mampu maka orang tersebut berdosa.

 

Dalam surah Al-Kautsar ayat kedua Allah SWT berfirman:

Artinya: Maka shalatlah kamu untuk Rabbmu dan sembelihlah hewan kurban (QS. Al Kautsar: 2)`

Dari firman Allah tersebut, kata wanhar merupakan fi’il amar yang bersifat perintah yang memiliki konsekuensi hukum wajib atau minimal sunnat. Meskipun status wajibnya kurban bagi yang berkemampuan masih bersifat khilafiyah (ada yang mewajibkan bagi yang mampu, ada yang menyatakan sunnah mu’akkadah), banyak ulama menjelaskan bahwa menyembelih hewan kurban lebih utama dibandingkan sedekah meskipun nilai uang yang dikeluarkan dalam sadaqah sama dengan nilai uang yang dikeluarkan untuk ibadah kurban.