6 Ibadah dan Amalan yang Pahalanya Dilipatgandakan

6 Ibadah dan Amalan yang Pahalanya Dilipatgandakan

Bulan ramadhan merupakan bulan yang suci. Bulan ramadhan identik dengan bulan untuk memperbanyak ibadah dan amal kebaikan. Selama bulan ramadhan, Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda kepada setiap umatnya yang melakukan berbagai amal kebaikan selama ramadhan. Hal ii telah dijelaskan di dalam sbeuah hadis yang berbunyi “Dari Abi Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: ‘Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan, satu kebajikan dilipatgandakan menjadi 10 sampai 700 kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa karena puasa adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang membalasnya. Dia meninggalkan kesenangan sahwatnya dan makannya karena-Ku,” (HR Muslim).

 

6 Ibadah dan Amalan yang Pahalanya Dilipatgandakan

Setiap amal ibadha atau amal kebaikan yang dilakukan selama ramadhan akan diganjaran dengan pahala yang belripat ganda, namun ada beberapa amal ibadah yang snagat dianjurkan untuk dilakukan selama ramahdan. Apa saja itu.? Berikut beberapa diantaranya.

 

1. Berpuasa

Selain salat lima waktu, ibadah bulan Ramadan paling utama dan hukumnya wajib adalah berpuasa. Rasulullah SAW besabda: “Barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berpuasa tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus saja, namun kita juga harus menjaga diri dari berbagai macam hal yang dapat merusak puasa seperti misalnya perbuatan maksiat. 

 

2. Membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an juga diturunkan pada bulan Ramadan. Kesadaran membaca Alquran tertera jelas pada salah satu firman Allah SWT: “Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu, serta pembeda antara yang hak dan batil.” (QS. Al-Baqarah: 185).

 

3. Salat malam

Salat sunah pada saat bulan Ramadan yang dianjurkan Rasulullah SAW bukan hanya Tarawih dan Witir, tetapi juga salat Tahajud. Salat Tarawih yang dilaksanakan hanya pada bulan Ramadan ini memiliki keutamaan, yakni rahmat, maghfirah atau pengampunan dosa, serta pembebasan dari api neraka.

 

4. Memberi makan orang berbuka

Memberi makan saat berbuka bagi orang yang berpuasa sangat dianjurkan karena balasannya sangat besar sebesar pahala orang yang diberi makan itu tanpa dikurangi. Bahkan meski hanya mampu memberi sabutir kurma atau seteguk air putih saja. Tapi lebih utama bila dapat memberi makanan yang cuup dan bisa mengenyangkan perutnya. Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: “Siapa yang memberi makan (saat berbuka) untuk orang yang puasa, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang diberi makannya itu tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya. (HR At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaemah). 

 

5. Memperbanyak Sedekah

Termasuk di antaranya adalah memberi keluasan belanja pada keluarga, berbuat ihsan kepada famili dan kerabat serta memperbanyak shadaqah. Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus dalam kebajikan. Dan menjadi paling baik saat bulan Ramadhan ketika Jibril as. mendatanginya, seperti dalam hadits berikut: Adalah Rasulullah SAW orang yang sangat murah dengan sumbangan. Dan saat beliau paling bermurah adalah di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. (HR Bukhari dan Muslim) 

 

6. Melakukan Umrah

Umrah yang dilakukan di bulan Ramadhan adalah sangat utama, bahkan bisa menyamai ibadah haji yang dilakukan di selain bulan Ramadhan. Ini sebagaimana riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas yang disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda:

 Bila datang bulan Ramadhan, maka lakukanlah umrah. Karena umrah di bulan Ramadhan itu (pahalanya) menyamai haji. (HR. Bukhari dan Muslim). Para ulama hadits menyatakan maksud setara dengan ibadah haji adalah pahala umrahnya. Bukan berarti melaksanakan umrah di Bulan Ramadhan kedudukannya sama dengan ibadah haji yang merupakan ibadah wajib bagi mereka yang mampu menjalankannya dan masuk dalam rukun Islam kelima. Sedangkan umrah hukumnya sunnah.

Apa yang dilakukan umat Islam saat Hari Raya Idul Fitri?

Apa yang dilakukan umat Islam saat Hari Raya Idul Fitri?

Seluruh umat Muslim di dunia dan termasuk Indonesia akan merayakan hari raya idul fitri selepas berpuasa selama sebulan penuh. Hari raya idul fitri tidak hanya dimaknai sebagai hari kemenangan saja namun hari raya idul fitri juga ditandai dengan hari saling bermaaf maafan saat usama lain, bersilahturahmi sesama keluarga, kerabat, teman dan orang terdekat lainnya.

Hari raya idul fitri juga disebut dengan hari kebahagiaan yang memang karena pada hari raya idul fitri menjadi hari yang spesial bagi umat Muslim. Maka tidak heran ketika menjelang hari raya Idul Fitri, Umat Muslim akan melakukan 

 

Hari raya Idul Fitri selalu disambut dengan kebahagiaan karena merupakan hari spesial bagi umat Islam. Tak heran banyak persiapan yang dilakukan umat Islam jelang hari raya Idul Fitri. Bukan hanya membuat makanan yang enak dan mengenakan pakaian terbaik, tetapi juga melaksanakan amalan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Menjalankan amalan yang dianjurkan Nabi, dipercaya dapat membuat ibadah terasa lebih berkah dan bermakna.

 

Apa yang dilakukan umat Islam saat Hari Raya Idul Fitri?

Adapun amalan di hari raya Idul Fitri tersebut selain membaca takbir juga ada mandi, berhias diri hingga makan sebelum sholat Idul Fitri. Berikut 6 amalan di hari raya Idul Fitri sesuai anjuran Nabi

 

Melantunkan Takbir

Amalan di hari raya Idul Fitri yang pertama adalah melantunkan takbir dimulai dari terbenamnya matahari malam Idul Fitri hingga imam hendak shalat hari raya. Di dalam Al Adzkar (h. 155, Surabaya: al Hidayah, 1955) karya Imam an Nawawi disebutkan bahwa takbir–takbir tersebut sunah dilantunkan setelah melaksanakan shalat-shalat atau dalam keadaan lainnya, seperti di tengah keramaian manusia. Disunahkan pula dilantunkan baik dalam keadaan berjalan, duduk, atau berbaring. Baik berada di jalan, masjid, atau di atas tempat tidur.

 

Mandi dan Berhias Diri

Amalan di hari raya Idul Fitri berikutnya adalah mandi dan berhias diri sebelum pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Dasarnya adalah hadis riwayat Imam Malik di dalam kitab Muwatha’ berikut ini:

“Bahwasanya Abdullah bin Umar ra. selalu mandi di hari Idul Fitri sebelum ia berangkat ke musala”.

Adapun niat mandi sunah Idul Fitri yaitu berikut ini:

Nawaitul ghusla sunnatan li ‘idil fithri lillahi ta’ala.

Artinya, “Saya niat mandi sunah untuk Idul Fitri karena Allah ta’ala”.

Sementara untuk waktu pelaksanaannya sendiri bisa dilakukan mulai dari pertengahan malam Idul Fitri. Selain mandi, disunahkan juga untuk membersihkan diri dan memakai pakaian terbaik yang dimilikinya, juga memakai wewangian dan bersiwak.

 

Makan Sebelum Sholat Idul Fitri

Amalan di hari raya Idul Fitri yang lainnya dengan makan terlebih dahulu sebelum keluar untuk melaksanakan shalat Idul Fitri. Dari Ibnu Baridah dari bapaknya ra ia berkata:

“Rasulullah SAW, tidak akan keluar dari hari raya fitri sebelum beliau makan, dan beliau tidak akan makan dulu di hari raya Adha sebelum beliau shalat (terlebih dahulu). HR Ahmad dan al Tirmidzi dan di shahihkan oleh Imam Ibn Hibban).

 

Memilih Jalan yang Berbeda Saat Pergi dan Pulang dari Masjid

Bukan hanya makan sebelum sholat Idul Fitri, amalan lainnya juga berlaku untuk jalan yang kamu pilih untuk pergi dan pulang dari masjid. Amalan satu ini dianjurkan untuk memilih jalan yang berbeda antara pergi ke masjid dan pulang dari masjid. Sebagaimana hal ini telah diinformasikan dari sahabat Jabir seperti berikut ini, “Nabi SAW ketika hari raya mengambil jalan yang berbeda (antara pergi dan pulangnya).” HR Al Bukhari.

Dengan memilih jalan yang berbeda antara berangkat ke masjid dan pulang dari masjid untuk melaksanakan shalat hari raya, dimaksudkan untuk membagi kebahagiaan kepada orang-orang lain ketika di jalan dengan senyum dan salam. Selain itu, untuk syiar Islam dan sebagai ajang silahturahmi antar kerabat dan yang lainnya.

 

Sholat Sunnah Dua Rakaat

Kemudian, setibanya di tempat ibadah atau masjid bisa melaksanakan shalat sunah dua rakaat dengan tanpa azan dan iqamat. Shalat sunah ini bisa dilakukan dengan berjemaah atau sendirian. Dan sunah juga bagi orang yang bepergian. Dasarnya adalah hadis Nabi SAW, dari Ibn Abbas ra:

“Bahwasanya Nabi SAW shalat haru raya dua rakaat, beliau tidak shalat sebelumnya dan setelahnya”. (HR Imam Tujuh, al Bukhari, Muslim, Abu Daud, al Tirmidzi, al Nasa’i, Ibn Majah dan Ahmad).

Saat melaksanakan shalat sunah tersebut, membaca surah Qaf di rakaat pertama dan surah Iqtarabatis Sa’ah di rakaat kedua. Dari Abi Waqid al laitsi ia berkata:

“Rasulullah SAW membaca surah Qaf dan Iqatarabat ketika shalat Idul Fitri dan Adha”.

9 Keutamaan Hari Raya Idul Fitri yang Harus Anda Ketahui

9 Keutamaan Hari Raya Idul Fitri yang Harus Anda Ketahui

Hari raya Idul Fitri merupakan hari raya terbesar bagi umat Muslim. Idul fitri sendiri dirayakan selepas puasa ramadhan yang dilaksanakan sebulan penuh. Hari raya Idul fitri sendiri dirayakan dengan shalat ied secara berjamaah yang setelahnya biasanya diisi dengan acara silahrturahmi antar sesama keluarga, kerabat dan orang terdekat lainnya. Ketika bersilaturahmi, setiap orang biasanya akan bersalam salaman sebagai bentuk saling bermaaf maafan atas setiap kesalahan yang pernah terjadi di masa lalu.

 

Keutamaan Shalat Idul Fitri

Ada banyak hal yang dapat dipetik dari perayaan hari raya idul fitri sebagai bentuk keutamaannya. Berikut beberapa hikmah Idul Fitri, diantaranya:

 

1. Hari Kemenangan Umat Islam

Salah satu keutamaan dari Idul Fitri adalah sebagai hari kemenangan Umat Muslim. Idul fitri menjadi salah satu momen dimana kita bisa merasakan betapa kuatnya ukhuwah antara saudara seiman. Setelah pelaksanaan sholat Idul Fitri, kita bisa merayakan kebersamaan dengan keluarga, saling silaturahmi, dan menebar kebaikan lainnya. Kebersamaan ini adalah moment yang harus kita syukuri, maka dari itu mari kita merayakan hari kemenangan itu dengan kegembiraan.

 

2. Ajang Saling Memaafkan

Seperti yang telah disebut sebelumnya bahwa idul fitri diwarnai dengan saling bermaaf maafan antar satu sama lainnya. Nah mungkin bagi anda yang sedang mencari momen yang tepat untuk meminta maaf kepada seseorang yang mungkin saja ada suatu kesalahan baik disengaja maupun tidak, maka dapat memanfaatkan momen idul fitri. Ketika idul fitri, hati umat Muslim biasanya akan lebih terbuka sehingga akan lebih mudah untuk memaafkan setiap orang atas segala kesalahan yang pernah diperbuat.

 

3. Menujukkan Kekuatan dan Ukhuwah Islamiah

Karena hukum dasar dari shalat Idul Fitri adalah Sunnah Muakkad atau Fardhu Kifayah, maka ini mengakibatkan ummat terdorong untuk bisa melaksanakannya. Rasanya ketika hari itu tiba, ada dorongan pada jiwa dan hati nurani tentang persaudaraan yang saling mengikat.  

Ukhuwah adalah salah satu pondasi besar umat islam, ketika sudah tidak ada lagi rasa kepedulian terhadap sesama (Individualisme). Tentu, ini dapat membuat kita (umat islam) terombang ambing. Makanya, persatuan umat ini wajib kita pahami dan laksanakan.

Keutamaan sholat idul fitri membuat kita makin dekat satu sama lain, ketika sudah berpuasa sebulan penuh yang membentuk efek ukhuwah pada diri kita. Hal tersebut menandakan bahwa, kita ini umat yang kuat dan besar.

Jika satu bagian tubuh yang sakit, maka bagian tubuh yang lain juga merasakannya. Kita wajib seperti itu, sehingga kelak umat islam bisa kembali berjaya dan mendorong kebangkitannya bersama umat yang sadar akan ketakwaan.

 

4. Mengajarkan Tentang Kepedulian

Tidak hanya saat merayakan idul adha saja, namun idul fitri juga mengajarkan kita atas senantiasa untuk selalu peduli antar satu sama lainnya. Karekter atas diri yang selalu simpati dan empati, telah banyak nampak pada bulan ramadhan. Apa lagi jika selesai melaksanakan sholat Idul Fitri.

 

5. Shalat Berjamaah

Ketika merayakan hari raya idul fitri biasanya kita akan melaksanakan shalat berjamaah, dan kita tau bahwa pelaksanaan shalat berjamaah memiliki pahala yang luar biasa dari Allah. Hal ini yang menunjukkan keharusan kita dalam terus menerus mendaapatkan kebersamaan dalam shalat.

Berbeda dengan shalat berjamaah pada hari biasanya, shalat berjamaah idul fitri biasanya akan dilaksanakan di tempat yang luas yang dimana tempat berkumpulnya umat Muslim dalam satu daerah sehingga kemeeriahannyapun akan lebih terasa.

 

6. Mengagungkan Asma Allah

Ketika kita akan senantiasa mengucapkan asma Allah dengan berulang ulang, baik pada saat takbiratul ikhram, syikir, dan doa padanya. Pastinya ketika kita senantiasa membesarkan namamya, tentu akan mendapat pahala yang besar.

Saat kamu merasa jarang mengagumkan namanya, mungkin sholat Idul Fitri bisa menjadi kesempatan besar untuk kembali kepadanya, mengigat akan kebesarannya dan mengharap ridho darinya.

 

7. Silaturahmi Sesama Muslim

Ketika hari raya idul fitri sesama Muslim biasanya akan saling mengunjungi satu sama lainnya dan bahkan tidak jarnag ketika menjelang hari raya, keluarga besar akan berkumpul dan menikmati kemeriahan hari raya idul fitri.

 

8. Mendengar Nasehat Agama

Manfaat Sholat Idul Fitri selanjutnya adalah, ketika sehabis sholat aid pasti ada yang memberi khutbah, sehingga ini membuat kita lebih semangat dalam beribadah.

Agama islam adalah solusi atas setiap persoalan yang ada, maka ketika kita punya masalah. Yang bisa menjadi penyelesaianya adalah aturan Allah. Makanya, kita wajib untuk selalu mendengar nasehat untuk meningkatkan iman dan takwa kita. 

 

9. Membentuk Rasa Syukur

Keutamaan sholat Idul Fitri Selanjutnya adalah membentuk rasa syukur kita pada Allah. Tentu, kita akan sangat bersyukur telah dipertemukan pada bulan suci ramadhan, dimana pada bulan tersebut memiliki banyak keistimewaan dan sangat rugi jika kita tidak mendapatinya.

Ketika kita bertemu dengan keluarga dan saling memaafkan satu sama lain, ini juga satu kesyukuran yang luar biasa. Maka dari itu, perbanyaklah bersyukur atas segala macam nikmat yang Allah beri pada kita.

Niat Puasa Senin Kamis dan Qadha Ramadan

Niat Puasa Senin Kamis dan Qadha Ramadan

Puasa senin kamis merupakan puasa yang memiliki keutamaan yang diantaranya adalah sebagai ibadah yang selalu dilakukan oleh Rasulullah. Hal ini disebutkan dalam hadis Siti ‘Aisyah radhiyallu ‘anha yang artinya: “Nabi  selalu menjaga puasa Senin dan Kamis” (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Hari ini hari Kamis, dimana ada kesunahan berpuasa. Puasa pada hari ini identik dengan puasa di hari lain yakni hari Senin sehingga sering disebut sebagai puasa Senin-Kamis. Puasa Senin-Kamis merupakan puasa yang memiliki keutamaan di antaranya adalah sebagai ibadah yang selalu dilakukan oleh Rasulullah. Hal ini disebutkan dalam hadits dari Siti ‘Aisyah radhiyallu ‘anha yang artinya: “Nabi selalu menjaga puasa Senin dan Kamis” (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Keutamaan lain dari menunaian ibadah puas asenin kamis adalah bersamaan dengan diserahkannya amal manusia. Tentu akan ada kelebihan tersendiri apabila ketika amal kita diserahkan, kita dalam keadaan sedang berpuasa. Hari senin dan kamis juga menjadi hari yang dipercaya dibukanya pintu surga sehingga doa hamba yang tidak menyekutukan Allah akan diampuni.

Di hari senin juga menjadi hari dimana ahir dan wafatnya Rasulullah SAW yang diterangkan dalam sebuah hadits riwayat Muslim yang artinya: “Nabi ditanya soal puasa pada hari Senin, beliau menjawab, ‘Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”.

Menunaikan puasa senin kamis juga sama halnya dengan menjalankan puasa pada umumnya yang dimana kaan dimulai dari sejak terbit hingga terbenamnya matahari. Cara menjalankannya pun sama saja yang dimana kita diwajibkan untuk menahan diri atas berbagai macam hal yang dapat merusak amal puasa misalnya seperti makan, minum, ghibah, maksiat dan lain sebagainya. Waktu pelaksanaan puasa Senin-Kamis bisa kapan saja, kecuali pada hari-hari diharamkan puasa.

Ada beberapa hari yang diharamkan untuk berpuasa, yaitu pada hari raya Idul Fitri (1 Syawal), hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah), hari tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijjah), separuh terakhir dari bulan Sya’ban, dan hari yang diragukan (30 Sya’ban, saat orang telah membicarakan ru’yatul hilal atau ada kesaksian orang melihat hilal yang tidak bisa diterima, seperti kesaksian seorang anak kecil).

Penting dicatat, bagi orang yang sudah menjadi kebiasaan berpuasa Senin-Kamis, dan kebetulan memasuki separuh terakhir dari bulan Sya’ban, maka tidak ada larangan untuk melanjutkan puasanya. Hal ini berdasarkan hadits Nabi yang artinya: “Janganlah seseorang di antara engkau semua itu mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari -sebelumnya-, kecuali kalau seseorang itu -sudah- biasa berpuasa tepat -pada- hari puasanya, maka hendaklah ia berpuasa pada hari itu.” (Muttafaq ‘alaih).

 

Lafal niat puasa pada hari Senin adalah:

awaitu shauma yaumil itsnaini lillâhi ta‘âlâ. Artinya: “Aku berniat puasa sunah hari Senin karena Allah ta‘âlâ.”

 

Sementara lafal niat puasa pada hari Kamis adalah: 

Nawaitu shauma yaumil khamîsi lillâhi ta‘âlâ. Artinya, “Aku berniat puasa sunah hari Kamis karena Allah ta‘âlâ.” Sementara itu, mereka yang meninggalkan puasa di bulan Ramadan harus mengganti puasa wajib tersebut di luar bulan Ramadhan. Mereka yang mengqadha puasa Ramadhan juga wajib memasang niat puasa qadhanya di malam hari, setidaknya menurut Mazhab Syafi’i.

Adapun berikut ini adalah lafal niat qadha puasa Ramadan: Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ. Artinya, “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”

Niat Puasa Rajab Sekaligus Puasa Senin Kamis

Niat Puasa Rajab Sekaligus Puasa Senin Kamis

Tidak hanya selama bulan ramadhan saja, Islam juga menganjurkan kita untuk menjalankan ibadah puasa di bulan rajab. Hanya saja puasa di bulan ramadhan hukumnya wajib, sementara di bulan rajab atau bulan lainnya hukumnya sunnah.

 

Niat Puasa Rajab Sekaligus Puasa Senin Kamis

Bagi yang hendak melaksanakan puasa senin kamis di bulan rajab, berikut niat puasa yang perlu untuk diketahui.

 

Niat Puasa Senin:

Nawaitu Sauma Yaumal Itsnaini Sunnatan Lillahi Ta’ala.

Artinya: Saya niat puasa hari Senin, sunnah karena Allah ta’ala

 

Niat Puasa Kamis:

Nawaiyu Sauma Yaumal Khomisi Sunnatan Lillahi Ta’ala.

Artinya : Saya niat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta’ala.

 

Doa buka puasa, berikut Ini:

Doa Buka Puasa:

“Allaahummalakasumtu wabika amantu wa’aa rizkika aftortu birohmatika yaa arhamarra himiin”

Artinya :”Ya Allah karena-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah dan dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa) dengan rahmat-Mu Ya Allah Tuhan Maha Pengasih”.

 

Namun juga bisa membaca:

‘Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu wa Tsabata-l Ajru, Insyaa Allah’

“Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah (jika Allah menghendaki).”

 

Doa sebelum makan sahur:

Alloohumma barik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa ‘adzaa bannar

Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau limpahkan kepada kami dan jauhkanlah kami dari siksa neraka”.

 

Untuk menjalankan puasa Senin Kamis, jangan lupa sahur dan membaca doa sebelum dan sesudahnya.

Doa sebelum makan sahur:

Alloohumma barik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa ‘adzaa bannar

Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau limpahkan kepada kami dan jauhkanlah kami dari siksa neraka”.

 

Doa setelah makan sahur:

Alhamdulillahi kastiron thoyyiban mubarokan fiih, ghoiro makfiyyin wa laa muwadda’in wa laa mustaghnan ‘anhu robbanaa.

Artinya: Segala puji hanyalah milik Allah, yang Allah tidak butuh pada makanan dari makhluk-Nya, yang Allah tidak mungkin ditinggalkan, dan semua tidak lepas dari butuh pada Allah, wahai Rabb kami.

 

Tata Cara Puasa Sunnah di Bulan Rajab

Sebagaimana seperti yang kita ketahui bahwa amalan amalan di bulan rajab, biasa dilakukan oleh seorang muslim adalah Berpuasa. Adapun beberapa pendapat terkait puasa yang dilakukan ketiikaka bulan rajab. Pertanyaan mengenai hukum puas arajab juga pernah ditanyakan oleh Utsman bin Hakim kepada Sa’id Ibnu Jubair.

“Utsman bin Hakim al-Anshari berkata, ‘Saya pernah bertanya kepada Sa’id Ibnu Jubair terkait puasa Rajab dan kami pada waktu itu berada di bulan Rajab. Said menjawab, ‘Saya mendengar Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW berpuasa (berturut-turut) hingga kami menduga Beliau SAW selalu berpuasa, dan Beliau tidak puasa (berturut-turut) sampai kami menduga Beliau tidak puasa,” (HR Muslim).

Sesuai dengan pendapat Imam An-Nawawi, hukum puasa di bulan Rajab adalah sunnah. Adapun pendapat ini juga dilandasi pada hukum puasa itu sendiri, boleh dilakukan kecuali hari-hari tertentu seperti hari raya Idulfitri dan Iduladha.

Anda bisa memilih beberapa puasa sunnah selama bulan Rajab seperti puasa sunnah satu hari, puasa tujuh hari, puasa 10 hari, dan puasa 15 hari. Selain itu, setiap muslim juga dianjurkan untuk melakukan salat sunnat ba’da maghrib 20 rakaat 10 salam.

Niat Puasa Senin Kamis

Niat Puasa Senin Kamis

Selain melaksanakan ibadah puasa di bulan ramadhan, umat Muslim juga dianjurkan untuk melaksanakan ibadah puasa sunnah senin kamis. Sebagaimana ibadah puasa pada umumnya, puasa sunnah senin kami juga harus dilalui dengan bacaan niat. Waktu untuk membaca niat dari puasa adalah pada malam hari, yaitu sejak terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar.

 

Niat Puasa Senin Kamis

Berikut lafal niat puasa pada hari Senin

Nawaitu shauma yaumil itsnaini lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: “Aku berniat puasa sunah hari Senin karena Allah ta’ala.

 

Sementara lafal niat puasa pada hari Kamis

Nawaitu shauma yaumil khamîsi lillâhi ta’ala.

Artinya, “Aku berniat puasa sunah hari Kamis karena Allah ta’ala.” 

Pada dasarnya, puasa senin kami sama saja dengan puasa lainnya, yang dimana akan dilaksanakan dari mulai terbit hingga terbenamnya matahari. Cara menjalankan puasa senin kamis juga sama dengan puasa ramadhan yang dimana bagi yang sedang menjalankannya harus menghindari berbagai macma hal yang  dapat merusak puasa, seperti misalnya makan, minum, muntah secara sengaja dan lain sebagainya.

Ada beberapa hari yang diharamkan untuk berpuasa, yaitu pada hari raya Idul Fitri (1 Syawal), hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah), hari tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijjah), separuh terakhir dari bulan Sya’ban, dan hari yang diragukan (30 Sya’ban, saat orang telah membicarakan ru’yatul hilal atau ada kesaksian orang melihat hilal yang tidak bisa diterima, seperti kesaksian seorang anak kecil).

Bagi seorang Muslim yang sudah menjadi kebiasaan berpuasa senin kamis, dan jika kebetulan memasukki separuh terakhir dari bulan sya`ban maka tidak ada larangan untuk melanjutkan puasanya.

Hal ini berdasarkan hadits Nabi yang artinya: “Janganlah seseorang di antara engkau semua itu mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali kalau seseorang itu sudah biasa berpuasa tepat pada hari puasanya, maka hendaklah ia berpuasa pada hari itu.” (Muttafaq ‘alaih).

 

Keutamaan Puasa Senin-Kamis

Rasulullah selalu puasa pada hari Senin dan Kamis

Dalam riwayat Usamah bin Zaid, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Artinya: “Aku berkata kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, Engkau terlihat berpuasa sampai-sampai dikira tidak ada waktu bagimu untuk tidak puasa. Engkau juga terlihat tidak puasa, sampai-sampai dikira Engkau tidak pernah puasa. Kecuali dua hari yang Engkau bertemu dengannya dan berpuasa ketika itu.’ Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bertanya, ‘Apa dua hari tersebut?’ Usamah menjawab, ‘Senin dan Kamis.’ Lalu Beliau bersabda, ‘Dua hari tersebut adalah waktu dihadapkannya amalan pada Rabb semesta alam (kepada Allah Subhanahu wa ta’ala). Aku sangat suka ketika amalanku dihadapkan sedang aku dalam keadaan berpuasa’.” (HR An Nasai Nomor 2360 dan Ahmad 5: 201. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan)

 

Rasulullah suka amalannya dihadapkan ketika sedang puasa

Dalam riwayat hadis lain, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Artinya: “Berbagai amalan dihadapkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.”

(HR Tirmidzi Nomor 747. At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan ghorib. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan. Syekh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi yaitu sahih dilihat dari jalur lainnya).

Waktu Sahur Puasa Senin Kamis

Waktu Sahur Puasa Senin Kamis

Puasa sunnah merupakan amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan oleh umat Muslim, sebagai bentuk ketaatan atas perintah Allah SWT dan Rasul. Terdapat cukup banyak macam sunnah yang dapat dikerjakan sebagai umat Muslim, salah satunya adalah puasa Senin Kamis.dalam menjalankan ibadah puasa senin kamis, Sahur menjadi salah satu aktivitas yang dianjurkan untuk memulai puasa sunnah.

 

Jam Berapa Sahur Puasa Senin Kamis ?

Untuk batas dari waktu sahur puasa sunnah adalah sebelum adzan dikumandangkan, atau saat fajar telah tampak. Artinya, ketika adzan berkumandang maka waktu sahur telah habis.

Berikut penjelasannya:

“Kewajiban dalam puasa adalah menahan dari segala sesuatu yang membatalkan dari terbit fajar (subuh) hingga terbenam matahari (magrib). Allah berfirman,

 “Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (Q.s. Al-Baqarah:187)

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

Makan dan minumlah sampai Ibnu Umi maktum mengumandangkan azan, karena dia tidak berazan kecuali sampai terbit fajar.” (H.r. Bukhari, no. 1919)

Berdasarkan hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Artinya: “Apabila seseorang di antara kalian mendengar azan, sementara wadah masih di tangan maka jangan dia letakkan wadah tersebut sampai dia menyelesaikan kebutuhannya.” (H.r. Abu Daud, no. 2350; dinilai sahih oleh Al-Albani)

Mayoritas ulama memaknai hadis ini untuk muazin yang berazan sebelum terbit fajar. Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa sebagian ulama mengambil zahir hadis dan membolehkan makan dan minum ketika mendengar azan subuh, sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas. Kemudian beliau mengatakan, “Mayoritas ulama melarang sahur bersamaan dengan terbitnya fajar. Ini adalah pendapat imam mazhab yang empat, umumnya para ulama, dan pendapat yang diriwayatkan dari Umar dan Ibnu Abbas.” (Tahdzibus Sunan)

 

Terdapat beberapa riwayat dari sebagian sahabat yang menunjukkan bolehnya makan bagi orang yang hendak berpuasa, sampai dia yakin fajar telah terbit. Ibnu Hazm menyebutkan beberapa riwayat tentang hal ini, di antaranya:

Umar bin Khatab mengatakan, “Apabila ada dua orang, yang satu ragu apakah fajar sudah terbit ataukah belum, maka makanlah sampai keduanya yakin.”

Ibnu Abbas mengatakan, “Allah menghalalkan minum, selama engkau masih ragu.” Maksud beliau: ragu terbitnya fajar.

 

Dari Makhul, beliau mengatakan, “Saya melihat Ibnu Umar mengambil seciduk zam-zam (di bawah). Kemudian beliau bertanya kepada dua orang, ‘Apakah fajar sudah terbit?’ Yang satu menjawab, ‘Telah terbit.’ Yang lain menjawab, ‘Belum.’ Kemudian Ibn Umar pun minum.”

Setelah membawakan banyak riwayat ini dan beberapa riwayat semacamnya, Ibnu Hazm memberi keterangan: 

“Ini semua, karena fajar belum jelas bagi mereka.” (Al-Muhalla, 4:367)

Sementara itu, umumnya, muazin saat ini menggunakan acuan jadwal imsak, bukan melihat hilal. Semacam ini tidak bisa disebut “yakin” bahwa fajar sudah terbit. Karena itu, siapa saja yang makan dalam keadaan semacam ini, maka puasanya sah karena dia belum yakin fajar sudah terbit. Hanya saja, yang lebih baik dan lebih hati-hati, hendaknya kita menahan diri dari segala yang membatalkan ketika sudah mendengar azan.

Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditanya, “Apa hukum puasa bagi orang yang mendengar azan, sementara dia masih makan dan minum?” 

Beliau menjawab, “Wajib bagi mukmin untuk menahan dari makan, minum dan pembatal lainnya jika telah jelas baginya terbitnya fajar, pada saat puasa wajib, seperti Ramadan, puasa nazar, dan kafarah. Allah berfirman,

‘Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.’ (Q.s. Al-Baqarah:187)

Jika dia mendengar azan dan dia tahu adzan ini dilakukan setelah terbit fajar maka dia wajib mulai puasa. Namun, jika muazin mulai adzan sebelum terbit fajar maka dia belum wajib puasa, sehingga dia boleh makan atau minum sampai jelas baginya telah terbit fajar.

Jika dia tidak tahu, apakah azan ini setelah terbit fajar ataukah sebelum fajar terbit, sikap yang lebih hati-hati, dia memulai puasa ketika mendengar azan. Tidak mengapa andaikan dia minum atau makan sedikit ketika azan, karena dia belum tahu terbitnya fajar,” 

Apakah Boleh Puasa Tanpa Sahur?

Apakah Boleh Puasa Tanpa Sahur?

Pada dasarnya, makan sahur merupakan bagian dari puasa. Sahur sendiri biasanya dilaksanakan ketika menjelang subuh atau sebelum adzan subuh. Secara umum, sahur merupakan ibadah awal yang dilakukan sebelum akan memulai ibadah  puasa.

Namun tidak jarang, banyak orang yang kerpa kali bangun kesiangan, sehingga makan sahur pun terlewatkan sehingga ibadah puasa pun dilakukan tanpa makan sahur. Lantas bagaimana hukum puasa jika tidak makan sahur.? Apakah boleh berpuasa tanpa makan sahur.? Nah untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak terus artikel ini hingga selesai.

 

Anjuran makan sahur

Salah satu sunnah yang dianjurkan dalam berpuasa adalah makan sahur. Sebelum akan melaksanakan ibadah puasa, umat Muslim dianjurkan untuk makan sahur terlebih dahulu. Sahur merupakan sebuah istilah yang merujuk kepada aktivitas yang dilakukan pada dini hari bagi mereka yang akan menjalankan ibadah puasa.

Aktivitas dari sahur sendiri bisa berupa menyantap makanan atau meminum sesuatu yang meskipun hanya seteguk saja. waktu sahur yang disunnahkan adalah selepas tengah makam. Makan sahur memang merupakan sebuah ibadah yang tidak diwajibkan, namun dari segi manfaatnya, sahur sangatlah dianjurkan,s ebab dapat memberikan energi kepada tubuh agar dapat menjalankan ibadah puasa seharian.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Bersantap sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan,” (HR al-Bukhari).

Aktivitas sahur sendiri dapat berupa menyantap sesuatu walaupun hanya seteguk air. Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan sahur,

“Bersahur itu adalah suatu keberkahan, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya dengan seteguk air, karena Allah dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur (makan sahur).” (HR Ahmad).

 

Waktu yang tepat untuk sahur

Waktu sahur yang disunnahkan adalah selepas tengah malam. Utamanya, ia diakhirkan selama tidak sampai masuk waktu yang diragukan. Waktu yang diragukan adalah waktu apakah masih malam atau sudah terbit fajar.

Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan kepada umatnya mengakhirkan sahur, sebagai waktu sahur yang tepat. Dalam hadisnya, Rasulullah mengungkapkan:

“Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka,” (HR Ahmad).

Menurut Abu Bakar Al Kalabazi dalam kitab Bahrul Fawaid, maksud waktu sahur yang tepat mengakhirkan sahur yaitu mengerjakan sahur di sepertiga malam terakhir.

“Nabi SAW pernah ditanya, ‘Malam apa yang paling didengar (doa)?’ ‘Sepertiga terakhir malam,’ tegas Nabi SAW. Dalam hadits lain, Nabi SAW berkata, ‘Mengakhirkan sahur ialah bagian dari fitrah.’

Kemungkinan yang dimaksud waktu sahur yang tepat dengan mengakhirkan sahur di sini ialah mengerjakannya di sepertiga terakhir malam. Pada waktu itu doa, ampunan, dan hajat dikabulkan Allah SWT.”

Dari keterangan ini, tujuan mengakhirkan sahur sebagai waktu sahur yang tepat bukan semata untuk makan dan minum. Mengakhirkan sahur dimaksudkan agar diiringi dengan ibadah lain seperti salat malam, zikir, dan berdoa.

Ini mengingat sepertiga malam terakhir adalah waktu yang tepat untuk beribadah. Rasulullah SAW pun terbiasa bangun di sepertiga malam terakhir untuk salat malam.

Penjelasan waktu sahur yang tepat ini didasarkan pada kesaksian Hudzaifah yang pernah makan sahur bersama Rasulullah SAW, yang terekam dalam hadis diriwayatkan Ibnu Majah. Kesaksian ini diperkuat pengakuan Zaid bin Tsabit yang menyatakan dia pernah sahur bersama Rasulullah SAW, kemudian mengerjakan salat subuh.

 

Hukum sahur adalah sunnah

Meskipun sahur merupakan anjuran yang kuat yang ditekankan oleh Rasulullah, namun tidak ada hadis yang mewajibkan seseorang untuk makan sahur ketika akan berpuasa. Dalam Islam tidak pernah ada aturan yang menyatakan bahwa inti dari puasa atau syarat wajib puasa adalah sahur.

Maka dari itu, dapat diambil kesimpulan bahwa boleh berpuasa apabila tidak makan sahur, namun akan jauh lebih baik jika berpuasa diawali dengan makan sahur.

Apa Yang Kamu Ketahui Tentang Qurban Nazar

Apa Yang Kamu Ketahui Tentang Qurban Nazar

Secara umum, Qurban terbagi menjadi 2 yakni qurban sunnah dan qurban nazar. Qurban sunnah sebagaimana pendapat dari jumhur ulama adalah ibadah kurban yang biasa dilakukan umat muslim pada saat Hari Raya Idul Adha.

Sementara qurban nazar, pada hakikatnya qurban sunnah yang dinazarkan sebelumnya. Misalnya jika seseorang meminjamkan akan menunaikan atau melaksanakan qurban di tahun depan apabila omset bisnisnya meningkat, maka apabila hal tersebut sesuai dengan apa yang telah dinazarkan maka wajib baginya untuk menunaikan atau melaksanakannya. Bagi siapa yang tidak menjalankan qurban nazar maka akanberdisa, karena nazar hukumnya wajib jika mengatas namakan Allah SWT.

 

Dalil yang wajibnya Menunaikan Nazar

Allah SWT. sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka.” (QS. Al Haji: 29)

 

Qurban Sunnah dan Nazar

Kediua qurban nazar dan sunnah snediri dapat dilakukan pada hari raya Idul Adha 10 Dzulhijjah, dan hari tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah). Perbedaannya adalah terletak pada hukum mengonsumsi daging kurbannya, sebagai berikut:

 

1.Sunnah Qurban

Daging hewan kurban dari berkurban ini selain dibagikan kepada fakir miskin, tetangga, kerabat, juga bagi orang yang melakukan kurbannya diperbolehkan untuk mengonsumsi kurbannya.

Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makanlah orang yang merasa cukup dengan apa yang ada Anda (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. demikian Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur. (QS Al-Hajj ayat 36).

 

2.Kurban Nazar

Sementara dalam konsumsi daging qurban nazar, orang yang berkurban tidak boleh mengkonsumsi daging tersebut dan sepenuhnya harus dibagikan kepada orang lain, yakni kepada fakir miskin, tetangga, kerabat, saudara, dan lain-lain.

 

Keutamaan Berkurban Idul Adha

Mengagungkan Hari Tasyrik

Dalam hadis dari Abdullah bin Qurth, Rasulullah saw bersabda tentang sebuah keutamaan berkurban Idul Adha:

“Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari kurban (Iduladha), kemudian hari al-qarr.” (HR. Abu Daud 1765, Ibnu Khuzaimah 2866, dan disahihkan Al-Albani. Al-A’dzami mengatakan di dalam Ta’liq Shahih Ibn Khuzaimah bahwa sanadnya sahih).

Adapun yang dimaksud keutamaan berkurban Iduladha dengan hari al-qarr adalah tanggal 11 Dzulhijah berdasarkan keterangan Ibnu Khuzaimah bahwa Abu Bakar mengatakan: “Hari al-qarr adalah hari kedua setelah hari kurban.”

 

Hari Baik untuk Makan dan Minum

Hari Tasyrik juga disebut hari baik untuk makan dan minum. Keutamaan berkurban Iduladha di hari Tasyrik tertuang dalam hadis Rasulullah yang berbunyi:

“Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah.” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i).

 

Baik untuk Memohon Kebaikan Dunia Akhirat

Setiap muslim dianjurkan untuk memperbanyak doa memohon kebaikan di dunia dan akhirat Allah SWT. Doa ini pula yang dibacakan Rasulullah SAW, ketika datang hari tasyrik. Dalam hadis keutamaan berkurban Iduladha yang diriwayatkan dari Annas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:

“Bahwasanya doa yang paling banyak dibaca Nabi sallallahu alaihi wasallam adalah rabbana aatinaa fi dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzaabannaar.” (HR.Bukhori dan Muslim)

Dalam Lathoif Al-Ma’artif dijelaskan mengenai sebuah riwayat dari Kinanah Al Quraisy, bahwa ia mendengar Abu Musa Al As’ari ra berkhutbah di hari an-nahr (Iduladha) dan berkata:

“Pada tiga hari setelah an-nahr itulah yang disebut Allah Swt. sebagai ayyamul ma’dudat. Doa yang dipanjatkan di hari-hari tersebut tidak akan tertolak, maka berdoalah kamu semua dengan berharap kepada-Nya.”

Apa Doa Buka puasa Rajab?

Apa Doa Buka puasa Rajab?

Dalam Islam, ada banyak jenis dan macam puasa selain ramadhan, salah satunya adalah puasa rajab. Dari hadits yang ada, puasa pada bulan Rajab memiliki keutamaan bagi yang menjalankannya adalah pahala sebesar ibada 900 tahun. Lalu, dalam hadits lain mengatakan jika satu hari puasa Rajab berarti sama halnya dengan 30 hari di bulan lainnya (kecuali Ramadhan). “Satu hari berpuasa pada bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), lebih utama dibanding berpuasa 30 hari pada bulan selainnya. Satu hari berpuasa pada bulan Ramadhan, lebih utama dibanding 30 hari berpuasa pada bulan haram.” Imam al-Ghazali dalam Ihyâ ‘Ulumiddîn (juz 3, h. 431).

 

Apa Doa Buka puasa Rajab?

Dalam Islam kita dianjurkan untuk hendak mengucapkan doa setiap kali sebelum atau sesudah melakukan sesuatu dan termasuk juga ketika hendak menjalankan ibadah puasa rajab. Berikut niat dan doa berbuka puasa rajab.

 

Berikut niat doa buka puasa rajab yang dapat dibaca pada buka puasa.

Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa’ala rizqika afthartu. Birrahmatika yaa arhamar roohimin.

Artinya:

“Ya Allah, untukMu aku berpuasa, dan kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu aku berbuka. Dengan rahmatMu wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang.”

Adapun hal yang perlu kalian perhatikan yaitu, baiknya sesudah buka puasa rajab dengan membatalkan terlebih dahulu alangkah baiknya untuk melaksanakan sholat dahulu sebelum makan.

Selain doa buka puasa di atas, sebagai informasi inilah amalan yang dapat anda baca di bulan Rajab.

Ahmad Rasûlullâh Muhammad Rasûlullâh

Artinya: “Ahmad utusan Allah, Muhammad utusan Allah.”

 

Keutamaan Puasa Rajab

1. Diberi Minum Sungai Rajab

Sesungguhnya di dalam surga terdapat sungai yang diberinama Rajab. (Warna) airnya lebih putih daripada susu dan (rasanya) lebih manis daripada madu. Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka Allah akan memberinya minum dari sungai tersebut.

 

2.  Setara 700 Tahun

Barangsiapa berpuasa pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu di bulan Haram/mulia (Dzluqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, Rajab), maka Allah mencatatkan baginya setara dengan ibadah selama 700 (tujuh ratus) tahun.

 

3. Dibukakan Pintu Surga

Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia itu setara dengan puasa sebulan. Barangsiapa puasa tujuh hari di bulan Rajab, maka ditutup darinya pintu-pintu Jahim/neraka yang tujuh. Barang siapa berpuasa delapan hari di bulan Rajab, maka dibuka untuknya pintu-pintu surga yang delapan. Barangsiapa berpuasa sepuluh hari di bulan Rajab, maka keburukan-keburukannya diganti dengan kebaikan-kebaikan.

 

4. Sunnah Nabi SAW

Kesunnahan puasa Rajab juga dapat diambil dari dalil-dalil umum mengenai dianjurkannya berpuasa pada empat bulan haram. Disebutkan dalam Shahih Muslim, (hadits no. 1960):

 “Dari Utsman bin Hakim Al-Anshari bahwa ia berkata: Saya bertanya kepada sahabat Sa’id bin Jubair mengenai puasa Rajab, dan saat itu kami berada di bulan Rajab. Maka ia pun menjawab: Saya telah mendengar Ibnu Abbas ra berkata: Dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan berbuka. Dan beliau juga pernah berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan puasa”.